Suara.com - Setiap manusia memiliki kemampuan untuk bereaksi secara emosional sejak masih bayi. Ketika lahir, manusia bahkan langsung menunjukan reaksi dengan menangis.
Seiring bertumbuh menjadi anak-anak, reaksi dari perasaan juga makin beragam. Setiap anak memiliki karakteristik yang khas dan khusus yang dapat membedakan mereka dengan teman seusianya.
Peneliti meyakini bahwa beberapa minggu setelah lahir, bayi dapat memperlihatkan bermacam-macam ekspresi dari semua emosi dasar. Termasuk kebahagiaan, perhatian, keheranan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kebosanan sesuai dengan situasinya.
"Anak-anak biasanya belum memiliki vocabulary untuk mengemukakan perasaan, sehingga mereka mengomunikasikan perasaannya dengan cara-cara lain," kata Dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K)., dalam keterang tertulis yang diterima suara.com, Senin (7/6/2021).
Terkadang anak-anak dapat mengekspresikan perasaannya melalui perilaku yang tidak tepat dan menimbulkan masalah, lanjut Anggia. Meski demikian, pada setiap usia, kuatnya emosi positif menjadi dasar untuk penyesuaian yang baik.
Oleh sebab itu, bayi yang mengalami lebih banyak emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik, juga untuk pola-pola perilaku yang akan menimbulkan kebahagiaan, jelas dokter Anggia.
Ia menambahkan bahwa setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, anak-anak usia pra-sekolah, antara 2-6 tahun, sudah dapat merasakan cinta dan mempunyai kemampuan untuk menjadi anak yang penuh kasih sayang, dapat merasakan anak lain yang sedang sedih, dan mulai merasa bersimpati, ingin menolong.
"Anak pra-sekolah baru dapat mengekspresikan satu emosi pada satu waktu, dan belum dapat memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan," jelasnya.
Kemudian, anak usia sekolah (6-12 tahun), telah mengalami perkembangan kemampuan kognitif sehingga ekspresi emosinya telah lebih bervariasi dan terkadang dapat mengekspresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda, bahkan bertolak belakang.
Baca Juga: Orangtua, Begini Cara Memahami Emosi Anak
Menurut dokter Anggia, anak mulai mengetahui kapan harus mengontrol ekspresi emosi sebagaimana juga mereka menguasai keterampilan regulasi perilaku yang memungkinkan untuk menyembunyikan emosinya dengan cara yang sesuai dengan aturan sosial.
Setelah itu, ketika anak berusia 12 tahun ke atas, mereka sudah mampu menganalisis dan mengevaluasi cara merasakan atau memikirkan sesuatu.
"Begitu juga terhadap orang lain, anak yang hampir memasuki masa remaja ini, sudah dapat merasakan bentuk empati yang lebih dalam. Perbedaan dalam perkembangan emosi membutuhkan perhatian khusus agar anak memiliki kemampuan meregulasi emosi mereka dengan tepat," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern
-
Dari Kegelapan Menuju Cahaya: Bagaimana Operasi Katarak Gratis Mengubah Hidup Pasien