Suara.com - Hingga kini, masih banyak orang yang beranggapan bahwa diamnya korban pelecehan atau kekerasan seksual saat insiden terjadi merupakan tanda bahwa mereka menikmati hal tersebut.
Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah korban mengalami tonic immobility atau imobilitas tonik, yakni saat korban diam terpaku seolah tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya atau singkatnya, mengalami kelumpuhan sementara.
Tonic immobility juga dialami hewan, dianggap sebagai reaksi defensif adaptif evolusioner terhadap serangan predator ketika resistensi tidak memungkinkan dan sumber daya lainnya tidak tersedia.
Berdasarkan Acta Obstetrecia et Gynecologica Scandinavica, penelitian telah membuktikan bahwa manusia yang menghadapi ancaman ekstrim dapat mengalami hambatan motorik sementara yang tidak disengaja sebagai respon terhadap situasi rasa takut yang hebat.
Lebih lanjut, tonic immobility dijelaskan sebagai keadaan keadaan seperti katatonik dengan hiper atau hipotonisitas otot, tremor, kurangnya vokalisasi (diam), analgesia dan relatif tidak responsif terhadap rangsangan eksternal.
Studi juga menunjukkan bahwa skor tonic immobility lebih tinggi dialami korban pelecehan seksuak dibandingkan dengan jenis lain dari trauma,
Seiring dengan reaksi stres peritraumatic lainnya, tonic immobility telah dikaitkan dengan perkembangan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Bahkan, wanita yang pernah mengalami tonic immobility lebih dari dua kali berisiko tinggi menderita kekambuhan PTSD saat serangan terjadi. Selain itu, wanita yang berulang kali mengalami tonic immobility dapat menderita depresi berat.
Kelumpuhan ini merupakan satu dari enam perilaku pertahanan yang diaktifkan secara otomatis pada hewan dan manusia, menurut Scientific Amercian.
Baca Juga: Jerinx SID Komentari Dugaan Pelecehan Seksual Gofar Hilman, Singgung Soal OTG
Enam tahapan tersebut adalah arousal (kewaspadaan terhadap kemungkinan bahaya), pembekuan (untuk sementara menahan pelarian atau pertarungan sambil menilai bahaya), lari atau bertarung, tonik imobiliti, imobilitas kolaps (pingsan karena ketakutan), dan imobilitas diam (keadaan istirahat berikutnya yang mendorong penyembuhan).
Orang yang mengalami pelecehan atau kekerasan seksual dapat melewati beberapa tahapan atau langsung mengalami imobilitas tonik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?