Suara.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa obesitas saat remaja tingkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 atau serangan jantung di usia 30 hingga 40-an. Risiko ini akan tetap ada bahkan ketika remaja menurunkan berat badan ketika dewasa.
"Masa remaja adalah periode waktu yang penting untuk mencegah diabetes dan serangan jantung di masa depan," kata penulis studi Dr. Jason Nagata, asisten profesor pediatri di divisi kedokteran remaja dan dewasa muda di University of California, San Francisco seperti yang dikutip dari USA News.
Untuk studi baru ini, para peneliti menganalisis data pada 12.300 remaja yang diikuti selama 24 tahun. Mereka adalah bagian dari National Longitudinal Study of Adolescent to Adult Health AS.
Melansir dari USA News, para peneliti melacak indeks massa tubuh (BMI) anak-anak ini. BMI adalah ukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan.
Jika dibandingkan dengan remaja yang memiliki skor BMI lebih rendah, remaja dengan skor yang lebih tinggi memiliki hampir 9 persen peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2, 0,8 persen risiko lebih besar untuk mengalami serangan jantung di usia 30-an dan 40-an, serta 2,6 persen lebih tinggi mengalami risiko masalah kesehatan lainnya.
Para peneliti juga mengontrol faktor-faktor lain yang diketahui mempengaruhi hasil kesehatan, seperti ras/etnis, penggunaan tembakau, dan alkohol.
"Orangtua harus mendorong remaja untuk mengembangkan perilaku sehat, seperti aktivitas fisik secara teratur dan makanan seimbang," kata Nagata.
Temuan ini dipublikasikan secara online pada 21 Juni di Journal of American College of Cardiology.
"Apa yang Anda makan di awal kehidupan berdampak pada apa yang terjadi pada Anda nantinya," kata Dr. Andrew Freeman, direktur pencegahan dan kesehatan kardiovaskular di National Jewish Health, di Denver.
Baca Juga: Penting! Dokter Ungkap Risiko Serangan Jantung Mendadak Meningkat karena Usia
Untuk mencegah obesitas, orang tua harus mendorong kebiasaan sehat, seperti jalan-jalan keluarga dan memasak serta berbelanja makanan sehat bersama.
"Ketika anak-anak mengalami kenaikan berat badan, ambil langkah dengan cara yang cerdas dan suportif untuk membantu meminimalkan kenaikan berat badan dan mendorong gaya hidup yang lebih sehat," kata Dr. Scott Kahan, direktur National Center for Weight and Wellness, di Washington, D.C.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
Terkini
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!