Suara.com - Pandemi Covid-19 yang telah berjalan lebih dari satu tahun disebut bisa membuat seseorang lebih gampang stres, apa kata psikolog?
Nira Wulansari, M. Psi, seorang psikolog, mengatakan bahwa perubahan rutinitas di masa pandemi memang bisa menyebabkan stres. Apalagi, pembatasan kegiatan masyarakat lewat PPKM Darurat memaksa orang harus berdiam di dalam rumah.
"Kita biasanya yang keluyuran seperti pergi ke sekolah, bekerja, nongkrong sama temen, ternyata saat ini berhenti semua dan tidak boleh keluar. Walau hanya sementara, saya pernah mengalami di awal-awal pandemi. Dan itu sempat stres, karena psikolog juga pasti pernah mengalaminya, karena kita juga manusia biasa," ungkapnya pada acara Detox Emosi: Release Stress In Better Ways.
Nira mengatakan, stres sejatinya adalah reaksi tubuh saat menghadapi ancaman maupun tekanan.
Dalam jumlah sedikit, stres memiliki manfaat. MIsalnya, menjadi bahan bakar seseorang untuk menjadi lebih kreatif menghadapi masalah, memotivasi ketika sedang terpuruk, bahkan sebagai sarana pengembangan diri.
Namun jika terjadi dalam jangka panjang, dampak buruk stres bisa merusak kesehatan mental.
"Dari kasus yang saya tangani, mereka stres level nya rendah. Tapi karena dihayati atau nabung stres, lama-lama kan jadi penuh dan memicu depresi," paparnya.
Lalu selain perubahan rutinitas selama pandemi, apa saja faktor lain yang bisa menyebabkan stres?
Nira mengatakan lingkungan masih menjadi faktor utama, baik lingkungan pertemanan, sekolah, maupun keluarga. Misalnya, tekanan besar dari orang tua agar anak terus berprestasi.
Baca Juga: Daftar 4 Makanan Anti Virus COVID-19, Ada Kimchi Juga
Tekanan ini bisa berujung stres dan berpengaruh terhadap rasa percaya diri.
"Makanya banyak orang yang tidak percaya diri," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Pernah Berada di Fase Sulit, Fuji Mengaku Sempat Konsultasi dengan Psikolog
-
Cerita Ruangkan: Oase di Tengah Hustle Culture Bagi Para Pekerja Kreatif
-
Saat Gen Z Jogja Melawan Stres dengan Merangkai 'Mini Hutan'
-
Cerita Ruangkan, Solusi dari Bayang-Bayang Burnout dalam Hustle Culture
-
Mudah Marah ke Orang Tua tapi Ramah ke Orang Lain? Begini Kata Psikolog
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia