Suara.com - Wacana mengenai vaksinasi dosis ketiga menggunakan jenis dan merek vaksin Covid-19 berbeda ditanggapi pakar alergi dan imunologi.
Ketua Pengurus Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia - Profesor Iris Rengganis memastikan penelitian vaksin Sinovac di Bandung sudah selesai, terkait berapa lama antibodi yang dihasilkan vaksin akan bertahan.
"Jadi memang ada penelitian di Bandung sudah selesai terkait vaksin Sinovac, tapi kita nunggu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI yang memberi pengumumannya," ujar Prof. Iris dalam diskusi virtual, Kamis (8/7/2021).
Selesainya penelitian ini juga jadi pemicu adanya wacana vaksinasi Covid-19 ketiga untuk para tenaga kesehatan (nakes), lantaran banyak nakes yang terinfeksi Covid-19 meski sudah mendapatkan vaksinasi lengkap dua dosis.
Namun wacana vaksinasi Covid-19 ketiga menjadi polemik karena jumlah dosis yang tersedia belum mencukupi untuk mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity Indonesia, di mana sebanyak 181 juta penduduk harus divaksinasi.
Profesor Iris mengatakan ada masalah lain dari wacana vaksinasi lanjutan yaitu mencampurkan platform atau teknologi pembuatan vaksin berbeda digunakan pada vaksinasi dosis ketiga.
"Tidak ada perusahaan farmasi yang mau mencampurkan dua macam platform, dari dua merk berbeda, tapi tentu semuanya berdasarkan penelitian yang lain," terang Profesor Iris.
Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mencontohkan dua dosis vaksin Sinovac yang menggunakan platform inactivited (virus yang dimatikan), lalu dosis ketiga menggunakan vaksin Pfizer dengan platfrom mRNA.
"Sebenernya kalau dalam suatu penelitian yang ideal adalah vaksin yang sama dari satu platform, supaya evidence basenya ketahuan atau hasilnya ketahuan," imbuh Profesor Iris.
Baca Juga: Bangunan Penyimpanan Vaksin Covid-19 Terbakar, Kerugian Capai Milyaran Rupiah
Kata Profesor Iris, beberapa negara seperti Jerman dan Afrika sudah melakukan metode ini dalam sebuah penelitian, sehingga perlu ditinjau lebih lanjut.
Meski begitu, ia mengakui pencampuran merek dan platform vaksin yang berbeda akan memperluas cakupan vaksinasi Covid-19.
"Dalam ilmu imunologi, ini masuk di akal karena tentu untuk memperluas cakupan daripada strain atau virus yang bermutasi, jadi cakupan nya jadi lebih luas. Walaupun belum ada yang khusus untuk varian delta, tapi akan membuat cakupan yang lebih luas, saya kira akan baik hasilnya," pungkas Profesor Iris.
Sekedar informasi, varian Delta adalah mutasi virus corona penyebab sakit Covid-19 yang disebut 10 kali lebih menular dibanding varian jadul yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China.
Virus corona varian Delta, pertama kali ditemukan di India, dan menyebabkan negara itu dihantam berkali-kali gelombang pandemi Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah