Suara.com - Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LB) Eijkman, Prof.Amin Soebandrio mengkonfirmasi jika varian Kappa sudah ditemukan di Indonesia, tepatnya satu di DKI Jakarta dan satu di Sumatera.
Varian Kappa juga dikenal sebagai B.1.167.1. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020 dan dikenal jauh lebih tidak intens daripada varian lainnya.
Sampai saat ini, para ahli belum memetakan apakah virus varian Kappa tersebut seberbahaya kerabatnya, Delta.
Namun berhubung Kappa masih dekat dengan varian Delta, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian Kappa dalam kategori varian yang menarik atau Variant of Interest (VoI), bukan varian yang menjadi perhatian atau Variant of Concern (VoC).
Apa itu Variant of Interest?
Mengutip dari laman CDC, VoI adalah varian dengan penanda genetik spesifik yang telah dikaitkan dengan perubahan pada pengikatan reseptor, berkurangnya netralisasi oleh antibodi yang dihasilkan terhadap infeksi atau vaksinasi sebelumnya, berkurangnya kemanjuran pengobatan, kemungkinan diagnosis yang salah, atau prediksi peningkatan penularan atau keparahan penyakit.
VoI mungkin memerlukan satu atau lebih tindakan kesehatan masyarakat yang sesuai, seperti peningkatan surveilans urutan, peningkatan karakterisasi laboratorium, upaya vaksinasi yang meluas, dan lainnya yang menyatakan bahwa tindakan tunggal tidak cukup untuk menampung varian tersebut.
WHO menyatakan bahwa VoI telah diidentifikasi menyebabkan transmisi komunitas yang signifikan atau beberapa klaster COVID-19 di banyak negara, meningkatkan prevalensi bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus seiring waktu.
Apa Itu Variant of Concern?
Baca Juga: Mengalah Pada Pedagang, Petugas Buka Penyekatan Akses ke Tiban Center Sekupang
Di sisi lain, mutasi virus dinyatakan sebagai VoC ketika varian yang terdapat bukti peningkatan penularan, penyakit lebih parah yang memerlukan peningkatan rawat inap atau menyebabkan kematian, penurunan yang signifikan dalam netralisasi oleh antibodi yang dihasilkan selama infeksi atau vaksinasi sebelumnya, pengurangan efektivitas pengobatan atau vaksin, atau kegagalan deteksi diagnostik.
Varian yang menjadi perhatian mungkin memerlukan satu atau lebih tindakan kesehatan masyarakat, seperti pemberitahuan ke WHO, pelaporan ke CDC, upaya lokal atau regional untuk mengendalikan penyebaran, peningkatan pengujian, atau penelitian untuk menentukan efektivitas vaksin dan perawatan terhadap varian tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha