Suara.com - Hilangnya indra perasa dan penciuman termasuk gejala umum virus corona Covid-19. Tapi, beberapa pasien tetap mengalami gejala virus corona ini setelah pulih yang disebut sebagai Long Covid-19.
Berdasarkan data dari aplikasi pelacak Covid-19 ZOE, sekitar 12 persen pasien virus corona Covid-19 di Inggris mengalami gejala hilangnya indra penciuman dan perasa selama lebih dari 30 hari.
Satu dari 200 pasien juga telah melaporkan efek samping virus corona Covid-19 ini yang berlangsung selama lebih dari 90 hari, meskipun sudah dinyatakan pulih.
Kehilangan indra penciuman adalah salah satu gejala virus corona yang bisa bertahan lama. Sekitar 1 dari 5 orang terus mengalami penurunan indra penciuman selama 8 minggu sejak pertama kali terinfeksi virus corona Covid-19.
Meskipun gejala ini tidak berbahaya, kehilangan indra penciuman dan rasa sangat mempengaruhi kehidupan Anda. Apalagi, Anda yang mengalami gejala ini jangka panjang.
Kehilangan indra penciuman dan perasa jangka panjang bisa membuat seseorang kehilangan selera makan. Tapi, sebuah studi menunjukkan pelatihan penciuman bisa membantu penderita mendapatkan kembali indra penciumannya setelah sembuh dari virus corona Covid-19.
Studi dari University of East Anglia (UEA) bersama dengan banyak universitas global lainnya menunjukkan pelatihan penciuman adalah metode yang jauh lebih unggul untuk mendapatkan kembali indra penciuman daripada kortikosteroid.
Kortikosteroid adalah jenis obat yang digunakan untuk menurunkan peradangan di dalam tubuh. Pelatihan penciuman ini dilakukan dengan cara mengendus setidaknya empat bau khas yang berbeda dua kali sehari selama beberapa bulan.
Anda bisa mengendus aroma buah jeruk, daun mint, bawang putih atau kopi yang aromanya sangat kuat. Mengendus aroma-aroma itu jauh lebih efektif untuk membangun kembali indra penciuman yang hilang.
Baca Juga: Bantah Covid-19 Buatan Manusia, Ini Penjelasan Peneliti China Soal Asal Usul Virus Corona
"Kortikosteroid adalah kelas obat yang menurunkan peradangan dalam tubuh. Dokter biasanya meresepkan obat ini untuk membantu pasien asma dan kehilangan indra penciuman karena Covid-19," kata ahli penciuman, Profesor Carl Philpott dari UEA's Norwich Medical School dikutip dari Express.
Karena obat ini memiliki potensi efek yang merugikan, Prof Carl menyarankan para dokter untuk tidak meresepkan obat ini pada pasien Covid-19 yang kehilangan indra penciuman.
Efek samping steroid termasuk retensi cairan, tekanan darah tinggi dan masalah dengan perubahan suasana hati dan perilaku. Prof Carl juga mencatat bahwa kebanyakan orang yang mengalami kehilangan indra penciuman akibat virus corona akan mendapatkan kembali indranya dengan cara pelatihan penciuman.
Pelatihan penciuman adalah pengobatan sederhana dan bebas efek samping yang bisa digunakan untuk berbagai kondisi yang berkaitan dengan kehilangan indra penciuman, termasuk yang disebabkan oleh Covid-19.
Pelatihan penciuman ini bertujuan membantu pemulihan berdasarkan neuro-plastisitas, yakni kemampuan otak untuk mengatur ulang sendiri untuk mengkompensasi perubahan atau cedera.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter