Suara.com - Penggunaan plasma konvalesen pagi pasien Covid-19 di Indonesia masih menjadi salah satu cara perawatan. Namun, menurut Inisiator Terapi Plasma Konvalesen (TPK) Dr dr Theresia Monica Rahardjo SpAn KIC MSi, masih sering terjadi kesalahpahaman di masyarakat.
Salah satunya terkait waktu terbaik untuk memberikan terapi plasma konvalesen untuk pasien Covid-19. Lalu, kapan sebenarnya waktu terbaik pemberian terapi plasma konvalesen?
Ia menjelaskan, bahwa secara umum pemberian secara dini akan lebih memberikan efektivitas lebih tiggi.
"Yang paling spesifik lagi, terutama orang dengan komorbid itu 9 hari, yaitu dari seminggu pertama demam, atau 72 jam sejak pertama kali napasnya sesak," ujar Dokter Mo saat dihubungi Suara.com, Rabu (21/7/2021).
Ia melanjutkan, yang banyak terjadi, pasien Covid-19 baru diberikan plasma konvalesen ketika sudah dalam kondisi berat. Seperti salah satunya rendahnya saturasi.
"Jadi yang terjadi sekarang ini napasnya sudah sesak, saturasi sudah sampai 50 kemudian datang ke rumah sakit ngantri, masuknya sudah parah, saturasi 50 berarti oksigenasi sudah kurang berapa hari, jadi organ organ sudah rusak. masuk rumah sakit ventilator, baru kalang kabut nyari plasma," kata dia.
Belum lagi, dalam situasi saat ini pasien Covid-19 harus antre untuk bisa masuk dan dirawat. Sehingga banyak yang tidak tertolong dan akhirnya meninggal.
"Ternyata harus antre, pas tes mau masuk, jadinya sudah meninggal, yang disalahkan plasmanya, padahal karena ketidakmengertian, baik dari tenaga medis, baik masyarakat awam," ujar Dokter Mo.
Ia menjelaskan, bahwa tujuan plasma konvalesen sendiri untuk menghilangkan virus corona, namun tidak bisa mengobati kerusakan organ dalam tubuh.
Baca Juga: PT Pelni Siapkan Kapal Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19 di Makassar
"Karena penyebab kerusakan badai sitokin itu adalah virus, jadi pada Covid-19 sendiri stadium-stadiumnya seperti ini, kita diinfeksi oleh virus, kemudian tubuh mengadakan reaksi perlawanan, virus bereplikasi tambah banyak," jelas dokter Mo.
Ia menjelaskan, ketika virus corona telah bereplikasi menjadi lebih banyak, perlawanannya tentu akan lebih besar.
"Nah perlawanan itu ditandai dengan demam. Jadi demam, satu periode, saat virus memperbanyak diri. Semakin banyak virus, maka reaksi perlawanan tubuh makin hebat, timbul demam. Pada saat demam tentunya virusnya merusak paru paru," ujar dia.
Oleh sebab itu, ia menyarankan untuk memberikan terapi plasma konvalesen pada pasien dengan gejala ringa hingga sedang sedini mungkin.
"Badai sitokin akan terjadi karena virus, kalau virusnya abis dibunuh saat awal, badai sitokin tidak akan pernah terjadi, dan efek samping badai sitokin yang berupa pengentalan darah tidak akan terjadi itu fungsinya," jelas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- Prabowo Disebut Ogah Pasang Badan untuk Jokowi Soal Ijazah Palsu, Benarkah?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Ketiga 13-19 Oktober 2025
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen untuk Hilangkan Kerutan, Murah Meriah Mudah Ditemukan
- 6 Hybrid Sunscreen untuk Mengatasi Flek Hitam di Usia Matang 40 Tahun
- Patrick Kluivert Dipecat, 4 Pelatih Cocok Jadi Pengganti Jika Itu Terjadi
Pilihan
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
-
Uang MBG Rp100 T Belum Cair, Tapi Sudah Dibalikin!, Menkeu Purbaya Bingung
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Kamera Terbaik Oktober 2025
-
Keuangan Mees Hilgers Boncos Akibat Absen di FC Twente dan Timnas Indonesia
-
6 Rekomendasi HP Murah Tahan Air dengan Sertifikat IP, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Kenapa Anak Muda Sekarang Banyak Terserang Vertigo? Ini Kata Dokter
-
Tips Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Menstruasi untuk Remaja Sehat dan Percaya Diri
-
Lagi Stres Kok Jadi Makan Berlebihan? Ini Penjelasan Psikolog Klinis
-
Otak Ternyata Bisa Meniru Emosi Orang, Hati-hati Anxiety Bisa Menular
-
National Hospital Surabaya Buktikan Masa Depan Medis Ada di Tangan AI!
-
Inovasi Bedah Robotik Pertama di Indonesia: Angkat Kanker Payudara Tanpa Hilangkan Bentuk Alami
-
Riset Ungkap Rahasia Bahagia: Bergerak 15 Menit Setiap Hari Bikin Mental Lebih Sehat
-
Mengembalikan Filosofi Pilates sebagai Olahraga yang Menyatukan Gerak, Napas, dan Ketenangan
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut