Suara.com - Langkanya ketersediaan oksigen menjadi isu yang sering diperbincangkan sejak lonjakan kasus Covid-19 terjadi selama beberapa minggu terakhir.
Organisasi LaporCovid-19 menduga, ada monopoli akses oksigen untuk rumah sakit.
"Kami sebetulnya ingin mendorong rumah sakit yang ada di Indonesia terutama epicentrum covid, Jawa, Bali, dan pulau-pulau lainnya, untuk berani mengungkapkan jika terjadi kelangkaan oksigen kepada publik. Atau kalau takut bisa melalui LBH," kata koordinator LaporCovid-19 Irma Hidayana dalam konferensi pers daring, Minggu (25/7/2021).
LaporCovid-19 mencatat, kelangkaan stok oksigen kemungkinan sudah terjadi sejak pertengahan Juni.
"Jangankan tabung oksigen, oxycan yang tabung kecil pun sudah susah didapatkan, kejadiannya sekitar pertengahan hingga akhir Juni 2021," kata
Kondisi itu terungkap saat para relawan LaporCovid-19 akan membantu pasien mencari rumah sakit rujukan Covid-19.
Namun kebanyakan pasien ketika itu mencari RS dengan kondisi sudah sesak nafas sehingga membutuhkan oksigen.
Akan tetapi, meski mendapatkan tempat tidur di rumah sakit, Irma bercerita, pasien yang baru masuk saat itu kehabisan stok oksigen.
"Ketika kami bawa ke salah satu rumah sakit umum pusat di Jakarta, ketika kami ngobrol dengan petugas menyampaikan bahwa oksigen sudah habis."
Baca Juga: Jokowi: Kemungkinan Dunia Akan Menghadapi Varian COVID-19 Lain yang Lebih Menular
"Tapi ketika koordinasi dengan dinas sebenarnya oksigen masih ada, tetapi persediaan hanya cukup untuk melayani pasien yang saat ini sudah ada di rumah sakit. Sehingga untuk menampung pasien baru sulit untuk menampung oksigen," cerita Irma.
Menurut Irma, kelangkaan oksigen tidak hanya terjadi di Jawa dan Bali. Tetapi sudah menyebar hingga ke berbagai pulau seperti Kalimantan dan Papua.
Kondisi tersebut menunjukan kegagalan pemerintah dalam memberikan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat, imbuh Irma.
Terlebih saat ini, Indonesia juga ikut terdampak dengan beredarnya paparan virus corona varian Delta yang transmisinya lebih cepat.
"Ini tidak akan menjadi masalah jika tidak menyebabkan kematian pada pasien yang memerlukan oksigen. Masalahnya banyak pasien yang kemudian meninggal karena akses terhadap oksigen dan di antara akses terhadap bantuan medis lainnya sangat lambat bahkan menuju tidak ada," ucap Irma.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis