Suara.com - Klamidia adalah salah satu masalah kesehatan vagina yang umum terjadi dan dapat disembuhkan. Namun penelitian baru menunjukkan bahwa kondisi tersbeut bisa meningkatkan risiko kanker dan kehamilan etopik.
Melansir dari Independent, para ilmuwan di University of Bristol dan University of Edinburgh telah menyatakan bahwa adanya kemungkinan infeksi klamidia menyebabkan peningkatan risiko kanker dan kehamilan ektopik.
Mengikuti tinjauan bukti dari studi berbasis laboratorium, klamdia atau infeksi menular seksual bakteri yang paling umum di seluruh dunia ini merangsang perubahan sel saluran reproduksi. Perubahan ini yang dikenal sebagai transisi epitel ke mesenkimal (EMT) yang dapat menyebabkan peradangan dan pertumbuhan sel.
Para peneliti mengusulkan bahwa perubahan sel ini berkontribusi pada perkembangan penyakit saluran reproduksi lebih lanjut termasuk kanker dan kehamilan ektopik. Studi mereka menemukan bahwa klamidia juga dapat dikaitkan dengan cara penyakit radang panggul dipicu pada beberapa perempuan.
"Klamidia adalah infeksi bakteri yang merangsang EMT, yang dapat bertahan setelah infeksi klamidia sembuh," ujar Peneliti utama Dr Paddy Horner dari National Institute for Health Research (NIHR) di University of Bristol.
"Kami berpikir bahwa hubungan klamidia dengan kanker ovarium dan serviks dapat dijelaskan dengan bertahannya perubahan EMT dalam kombinasi dengan kerusakan DNA yang disebabkan oleh klamidia setelah infeksi klamidia," imbuhnya.
Sel EMT juga merusak integritas lapisan sel saluran reproduksi yang terinfeksi, membuatnya lebih rentan terhadap invasi bakteri lain. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit radang panggul dari bakteri yang menyerang.
"Selanjutnya, sel epitel (penghalang) di tuba fallopi yang sebelumnya telah terinfeksi klamidia memiliki lebih banyak reseptor di permukaannya yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kehamilan ektopik. Ada bukti bahwa perubahan reseptor permukaan sel ini dapat disebabkan oleh EMT," ujar dokter Horner.
"Jika hipotesis kami tentang peran EMT setelah infeksi klamidia pada wanita benar, itu dapat membantu menjelaskan beberapa pengamatan epidemiologis baru-baru ini tentang klamidia dan penyakit reproduksi yang sulit untuk dijelaskan menggunakan konsep terkini tentang respons imun terhadap klamidia," imbuhnya.
Baca Juga: Kehamilannya Dituding Hanya untuk Bikin Heboh, Aurel Hermansyah: Jahat Banget!
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia