Suara.com - Dampak polusi udara nampaknya makin mengerikan bagi manusia. Bukan hanya menyerang pernapasan, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan bulan ini di British Journal of Psychiatry, para peneliti mengatakan bahwa peningkatan kecil dalam paparan polusi udara secara signifikan meningkatkan risiko orang memiliki penyakit mental yang parah dan membutuhkan perawatan.
“Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa paparan polusi udara dapat berdampak buruk pada otak dan meningkatkan risiko gangguan kejiwaan seperti skizofrenia dan depresi,” tulis penulis penelitian.
Peneliti menambahkan bahwa udara yang buruk di daerah perumahan terkait dengan peningkatan penggunaan layanan kesehatan mental di antara orang-orang yang baru didiagnosis dengan gangguan psikotik dan mood.
Meski sulit untuk membuktikan kausalitas secara langsung dan membutuhkan ilmu eksperimental, para peneliti percaya penelitian mereka menambah bukti bahwa polusi udara, tidak baik untuk jiwa manusia.
Memang, penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa lebih dari 30.000 orang Amerika dapat terbunuh oleh polusi udara setiap tahun.
Para peneliti membuat kesimpulan terbaru setelah menganalisis data yang melibatkan 13.000 penduduk London dan menemukan bahwa bahkan sedikit peningkatan paparan nitrogen dioksida meningkatkan risiko perlu dirawat di rumah sakit sebesar 18 persen.
"Bahkan pada tingkat polusi udara yang rendah, Anda dapat mengamati efek yang sangat penting semacam ini," kata pemimpin penelitian Ioannis Bakolis dari King's College London kepada Guardian.
Meskipun kualitas udara London telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti mengatakan bahwa tidak ada tingkat polusi yang aman bagi tubuh manusia.
Jawaban tentang bagaimana masyarakat dapat memperbaiki masalah itu sederhana — jika lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Baca Juga: Brand Kosmetik Korea Selatan Ini Klaim Ciptakan Makeup yang Bisa Timbulkan Rasa Bahagia
“[Intervensi] untuk mengurangi paparan polusi udara dapat meningkatkan prognosis kesehatan mental dan mengurangi biaya perawatan kesehatan,” tulis para peneliti, menambahkan “sedikit yang diketahui tentang peran potensial polusi udara dalam keparahan dan kekambuhan setelah timbulnya penyakit.”
Berita Terkait
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- Mengupas MDIS: Kampus Singapura Tempat Gibran Raih Gelar Sarjana, Ijazahnya Ternyata dari Inggris!
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 September 2025, Kesempatan Klaim Pemain OVR 110-111
Pilihan
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
-
Menkeu Bakal Temui Pengusaha Rokok Bahas Cukai, Saham-saham 'Tembakau' Terbang
-
Jurus Menkeu 'Koboi' Bikin Pasar Cemas Sekaligus Sumringah
-
IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham-saham Rokok Jadi Pendorong
Terkini
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik