Suara.com - Varian Delta tidak hanya jauh lebih menular daripada versi sebelumnya tetapi juga dua kali lebih mungkin mengembangkan penyakit parah. Hal ini dinyatakan dalam penelitian baru dari Inggris.
"Analisis kami menyoroti bahwa dengan tidak adanya vaksinasi, setiap wabah Delta akan memberikan beban yang lebih besar pada perawatan kesehatan daripada Alpha," ujar co-lead studi Anne Presanis, ahli statistik senior di Unit Biostatistik MRC Universitas Cambridge seperti yang dikutip dari US News.
Namun, data juga menunjukkan bahwa mereka yang tidak divaksinasi memiliki lebih banyak kehawatiran dari varian Delta.
Dalam penelitian ini, sekitar 2 persen orang yang tertular Covid-19 telah divaksinasi lengkap, sementara 74 persen tidak divaksinasi dan 24 persen divaksinasi sebagian.
"Studi ini melampaui informasi anekdotal yang telah dilaporkan pada varian Delta dan menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan risiko rawat inap dengan Delta dibandingkan dengan varian Alpha," kata Dr. Amesh Adalja, seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Baltimore.
Melansir dari US News, penelitian ini diterbitkan 27 Agustus di jurnal The Lancet. Dalam studi ini para peneliti menganalisis data dari lebih dari 43.300 kasus Covid-19 di Inggris pada 29 Maret hingga 23 Mei 2021.
Orang yang mengontrak varian Delta 2,26 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dalam waktu dua minggu setelah tes Covid-19 positif pertama mereka, dibandingkan dengan mereka yang sakit dengan Alpha, para peneliti menemukan.
Hasil ini muncul setelah para peneliti mengendalikan faktor-faktor lain yang menempatkan orang pada risiko tinggi untuk Covid-19 parah.
Seseorang dengan varian Delta juga memiliki risiko satu setengah kali lebih besar memerlukan perawatan darurat atau masuk rumah sakit dalam 14 hari setelah infeksi, dibandingkan dengan pasien dengan varian Alpha.
Baca Juga: Tidak Sama! Berikut Perbedaan Antara Covid-19, Pilek, Flu, Alergi, dan Asma
"Varian Delta tampaknya telah berevolusi dengan cara yang membuatnya lebih berbahaya bagi manusia daripada jenis sebelumnya," kata Dr. Aaron Glatt, kepala penyakit menular di Gunung Sinai South Nassau di Oceanside, N.Y.
"Ini adalah beberapa bukti bahwa itu lebih serius," kata Glatt.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
- 5 Promo Asus ROG Xbox Ally yang Tidak Boleh Dilewatkan Para Gamer
Pilihan
-
Bahlil Vs Purbaya soal Data Subsidi LPG 3 Kg, Pernah Disinggung Sri Mulyani
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
Terkini
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif