Suara.com - Banyak orang mungkin tidak terlalu paham perbedaan antara PCOD dan PCOS. Kedua kondisi tersebut berbeda, tapi memiliki beberapa kesamaan yang berkaitan dengan ovarium dan bisa menyebabkan gangguan hormonal dalam tubuh.
Polycystic Ovarian Disease (PCOD) adalah suatu kondisi di mana ovarium mengandung banyak telur yang belum matang atau prematur, sehingga berubah menjadi kista.
Konsumsi makanan junk food, kelebihan berat badan, stres tak terkendali dan gangguan hormonal bisa menyebabkan PCOD. Beberapa gejala umum PCOD termasuk menstruasi yang tidak teratur, penambahan berat badan, infertilitas dan rambut rontok.
Pada PCOD, ovarium menjadi lebih besar dan mengeluarkan sejumlah besar androgen yang menyebabkan gangguan pada kesuburan dan kesehatan wanita.
Sedangkan, Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah suatu kondisi di mana ovarium menghasilkan tingkat androgen yang lebih tinggi sehingga mengganggu perkembangan dan pelepasan sel telur. Kondisi ini ini bisa menyebabkan pembentukan kista dan masalah endokrin.
Perbedaan PCOD dan PCOS
Meskipun kedua kondisi itu menyebabkan ketidakseimbangan hormon, tetapi PCOS lebih banyak menyebabkan ketidakseimbangan hormon dibandingkan PCOD.
PCOS juga membentuk lebih banyak kista dibandingkan dengan PCOD dan kista yang menumpuk di ovarium membesar serta mengganggu siklus menstruasi.
Saat ini dilansir dari Times of India, tidak ada obat untuk PCOD dan PCOS. Tapi, kedua kondisi tersebut bisa dikelola dengan pengobatan khusus dan perubahan gaya hidup.
Baca Juga: Ahli: Obat Asam Urat Bisa Mengobati dan Menangkal Virus Corona Covid-19
PCOD bisa ditangani dengan diet dan olahraga yang tepat. Sedangkan, PCOS bisa diobati dengan memperbaiki beberapa faktor penyebab sindrom tersebut.
Ketidakseimbangan hormon dan genetika memang memainkan peran penting dalam kedua kondisi tersebut. Tingginya kadar hormon pria bisa mencegah ovarium memproduksi hormon dan telur secara normal.
Peradangan dan resistensi insulin juga telah dikaitkan dengan produksi androgen berlebih. PCOS adalah gangguan sistem endokrin dan dikembangkan oleh ketidakseimbangan hormon.
Tapi, PCOD lebih umum daripada PCOS. Sekitar sepertiga wanita di dunia menderita PCOD dan lainnya mengalami PCOS.
Dampak PCOD dan PCOS Pada Kehamilan
Penyakit ovarium polikistik tidak menyebabkan infetilitas pada semua wanita. Sekitar 80 persen wanita yang menderita PCOD bisa hamil dengan bantuan medis.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
4 Rekomendasi Tablet RAM 8 GB Paling Murah, Multitasking Lancar Bisa Gantikan Laptop
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
Terkini
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
-
5 Pilihan Obat Batu Ginjal Berbahan Herbal, Aman untuk Kesehatan Ginjal dan Ampuh
-
Catat Prestasi, Tiga Tahun Beruntun REJURAN Indonesia Jadi Top Global Distributor
-
Mengenal UKA, Solusi Canggih Atasi Nyeri Lutut dengan Luka Minimal
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya