Suara.com - Baru-baru ini hasil pelacakan aplikasi PeduliLindungi berhasil bikin heboh. Aplikasi tersebut berhasil mendeteksi 3.839 orang terkonfirmasi positif Covid-19, keluyuran dan beraktivitas di sejumlah fasilitas umum.
"Diluncurkan baru sebulan, sudah ada 29 juta yang melakukan check in dengan PeduliLindungi, tetap saja ada 3.839 orang yang masuk kategori hitam," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin seperti dikutip ANTARA.
Budi mengatakan aplikasi yang dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika itu mencatat sebanyak 3.000 orang terdeteksi positif saat masuk mal, 43 orang lainnya terdeteksi saat berada di bandara, penumpang kereta sebanyak 63 orang, 55 lainnya masuk ke restoran.
"Orang-orang ini adalah yang sudah teridentifikasi positif Covid-19 yang harusnya diam di rumah atau diisolasi berpusat. Dengan demikian, kita bisa melacak mereka dan memastikan mereka segera kita ambil dan kita lakukan karantina," katanya.
Aplikasi PeduliLindungi sendiri, menurut Budi, membagi kriteria seorang pengunjung di fasilitas umum ke dalam empat indikator warna. Hitam menandakan bahwa pengunjung tersebut positif Covid-19 atau mengalami kontak erat dengan pasien.
Indikator selanjutnya ada merah yang menandakan seorang pengunjung belum menerima vaksin Covid-19. Sementara warna kuning menandakan bahwa pengunjung telah menerima satu kali vaksin atau berstatus sebagai penyintas kurang dari tiga bulan serta tidak ada data bahwa yang bersangkutan positif dan kontak erat.
Sedangkan indikator hijau yang menandakan seseorang telah menerima dua dosis vaksin dan tidak ada hasil tes positif maupun kontak erat dengan pasien Covid-19.
Pengunjung bersangkutan juga sudah menjalan tes cepat PCR yang berlaku 2x24 jam dengan hasil negatif atau menjalani tes cepat antigen 1x24 jam dengan hasil negatif.
"Hitam itu artinya positif Covid-19, tapi masih jalan-jalan," katanya.
Baca Juga: Menkes Pikirkan Alternatif, Peduli Lindungi Bakal Digunakan Tanpa Smartphone
Budi mengatakan aplikasi PeduliLindungi dibangun dengan menghubungkan sistem big data Kemenkes yang diberi nama New All Record (NAR) berisi rekaman data masyarakat yang menjalani pemeriksaan tes cepat PCR maupun antigen pada fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan Kemenkes RI.
"Kita juga pastikan bahwa semua vaksin yang disuntikkan itu pasti masuk ke dalam Aplikasi PeduliLindungi dan kita memahami ada beberapa yang saat disuntik tapi tidak masuk sertifikatnya. Sekarang kita sudah memberikan call center khusus juga website khusus, email khusus. Itu bisa diperbaiki," katanya.
Oleh : Andi Firdaus
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
Terkini
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel