Suara.com - Update Covid-19 global hari ini, Kamis (16/9/2021), menunjukkan pertambahan kasus positif sebanyak 554.662 dalam waktu 24 jam. Penambahan itu membuat akumulasinya menjadi 227,2 juta kasus hingga hari ini pukul 08.00 WIB.
Angka kematian juga bertambah 10.106 dalam waktu satu hari, membuat totalnya menjadi 4,67 juta jiwa, mengutip data pada situs worldometers.
Meski kasus infeksi baru masih bertambah di atas 500 ribu per hari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka tersebut telah menurun secara mingguan.
Ini adalah penurunan pertama sejak terjadi lonjakan kasus di sejumlah negara sejak lebih dari dua bulan lalu.
Dalam sepekan terakhir, WHO mencatat penambahan kasus baru di seluruh dunia sebanyak 4 juta kasus. Sebelumnya, dalam beberapa pekan terakhir, WHO mencatat kasus baru rata-rata sekitar 4,4 juta per minggu.
"Semua wilayah di seluruh dunia melaporkan penurunan infeksi baru dibandingkan dengan minggu sebelumnya," demikian tertulis dalam pembaruan epidemiologi mingguan Covid-19 dari WHO, dikutip dari Fox News.
Namun demikian, di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, India, Iran, dan Turki belum terjadi penurunan kasus positif yang signifikan.
Sementara itu, kematian baru yang dilaporkan di seluruh dunia juga menurun dalam sepekan terakhir, dengan angka 62.000 jiwa. Tetapi, benua Afrika melaporkan peningkatan 7 persen dalam kematian mingguan.
WHO menyebutkan bahwa varian delta yang sangat menular telah dominan di AS. Selain itu juga telah terdeteksi di enam negara tambahan, sehingga totalnya menjadi 180 negara yang terdeteksi terdapat paparan virus corona varian delta.
Baca Juga: Update 14 September: Positif Covid-19 Indonesia Tambah 4.128 Kasus, 250 Jiwa Meninggal
Hingga 6 September, kematian pada kelompok usia di bawah 24 tahun terdiri dari 0,6 persen dari semua kematian terkait Covid-19 yang dilaporkan di seluruh dunia.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien virus corona usia anak juga dapat mengalami gejala yang menetap setelah infeksi atau long covid. Penelitian lanjutan masih dilakukan untuk melihat frekuensi dan karakteristiknya, serta kondisi peradangan terkait Covid-19 yang jarang terjadi pada anak-anak.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
Terkini
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?