Suara.com - Indonesia menggunakan beragam jenis vaksin COVID-19 dalam program vaksinasi nasional. Apa bedanya ya?
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Perubahan Perilaku dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan terdapat beberapa perbedaan pada setiap jenis vaksin yang telah beredar di dalam masyarakat.
“Bedanya dari segi vaksinnya sendiri selain produsennya, tentunya pendekatan pembuatan vaksin ini juga berbeda-beda,” kata Reisa dalam Siaran Sehat bertajuk “Vaksin COVID-19 di Indonesia” yang diikuti secara daring di Jakarta.
Reisa mengatakan keenam vaksin yang kini beredar di masyarakat, dibuat oleh para produsen dengan menggunakan beberapa cara yang berbeda untuk dapat menghasilkan sebuah vaksin yang dapat menjamin mutu kesehatan masyarakat.
Pada vaksin Sinovac dan Sinopharm, dia menyebutkan para produsen menggunakan virus yang dimatikan untuk membuat vaksin. Sedangkan AstraZeneca dan Johnson and Johnson dibuat dengan menggunakan pendekatan viral vector (virus hasil rekayasa genetika).
Berbeda dengan vaksin dengan merek Pfizer dan Moderna yang dibuat berdasarkan Messenger RNA (mRNA) yang dimiliki oleh suatu virus.
“Kemudian yang berbeda pula adalah jarak atau interval suntikkannya, antara dosis pertama dengan dosis kedua ini berbeda-beda,” ujar Reisa.
Ia menjelaskan, vaksin Sinovac dan Moderna memiliki jarak waktu 28 hari atau empat minggu untuk dapat kembali mendapatkan suntik vaksin dosis kedua dan AstraZeneca perlu diberikan jarak 12 minggu untuk suntikkan dosis selanjutnya.
Sedangkan Sinopharm dan Pfizer membutuhkan jarak 21 hari untuk bisa melakukan vaksinasi kedua. Untuk vaksin Johnson and Johnson tidak memiliki jarak interval, karena hanya akan diberikan dalam satu kali penyuntikkan saja.
Baca Juga: Dokter Reisa Ungkap Alasan Indonesia Pesan Berbagai Macam Jenis Vaksin, Kenapa?
“Yang berbeda lagi dari segi penyimpanannya. Khusus untuk vaksin Moderna dan Pfizer, karena ini berbeda dengan jenis vaksin yang lain maka suhu vaksin yang berbasis mRNA harus sesuai dengan ketentuannya, yakni disimpan dalam freezer atau harus beku dengan suhu minus 80 derajat Celcius,” kata dia menjelaskan perbedaan lainnya.
Walaupun vaksin-vaksin tersebut berasal dari berbagai macam produsen, dia menegaskan bahwa semua vaksin yang diedarkan aman dan dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat dari bahaya COVID-19.
Ia meminta setelah masyarakat mengetahui perbedaan pada setiap jenis vaksin yang beredar, masyarakat tidak lagi memilih suatu jenis vaksin tertentu untuk disuntikkan agar Indonesia cepat membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).
“Sebenarnya kita tidak perlu pilih-pilih merek tertentu. Beragam merek bukan karena kita butuh untuk memilih yang mana, tetapi karena kita butuh jumlah yang banyak dalam waktu singkat. Semakin kita cepat divaksinasi, semakin cepat pula kita terlindungi,” tegas dia. [ANTARA]
Berita Terkait
-
Profil Carina Joe, Pahlawan Vaksin Covid-19 Raih Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo
-
CEK FAKTA: Joe Biden Terserang Kanker Gara-gara Vaksin Covid-19, Benarkah?
-
Dear Pawrents, Kapan Kucing Bisa Vaksin Setelah Melahirkan? Jangan sampai Anabul Sakit
-
8 Artis Cantik Berusia 40 Tahun di 2025, Nomor Empat Masih Betah Sendiri
-
Seorang Dokter di Inggris Coba Bunuh Pasangan Ibunya dengan Vaksin COVID-19 Palsu!
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaik November 2025, Cocok Buat PUBG Mobile
-
Ratusan Hewan Ternak Warga Mati Disapu Awan Panas Gunung Semeru, Dampak Erupsi Makin Meluas
-
Profil Victor Hartono: Pewaris Djarum, Dicekal Negara Diduga Kasus Pajak
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
Terkini
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining