Suara.com - Seorang wanita mengaku telah mengalami gejala Long Covid selama hampir setahun. Efek samping virus corona Covid-19 ini pun sangat melemahkan da membuat rasa sebagian besar makanan favoritnya aneh.
Wanita bernama Ellisha Hughes itu pertama kali didiagnosis virus corona Covid-19 pada November 2020. Setelah sembuh, ia mengalami kelelahan, sakit kepala, dan sensasi terbakar di dada.
Pada beberapa bulan berikutnya, ia pun mulai mengalami kerusakan saraf di hidungnya yang dikenal dengan sebutan parosmia. Kondisi ini menyebabkan rasa dan bau menjadi terdistorsi.
Ellisha Hughes mengatakan bahwa bawang merah, bawang putih, cokelat, telur, daging dan kopi yang sangat disukai sebelum terinfeksi virus corona Covid-19 justru terasa aneh sekarang.
"Rasa dan bau dari semua makanan dan minuman itu seperti bahan kimia, sampah busuk dan bensin yang tercampur menjadi satu," kata Ellisha Hughes dikutip dari Wales Online.
Ellisha Hughes mengaku hanya bisa menggambarkan rasa dan baunya seperti itu, karena sebelumnya ia belum pernah merasakannya. Baginya, rasa dan bau dari semua makanan dan minuman itu sangat buruk.
Wanita dari Hirwaun itu mengaku pertama kali menyadari ada sesuatu yang salah dengan indra penciuman dan pengecapnya ketika mengonsumsi makanan kesukaannya di rumah bersama teman-temannya.
Saat itu, ia mengira rasa makanan kesukannya sudah berbeda dan hilang. Kemudian, kondisi parosmianya pun semakin memburuk hingga membuatnya kesulitan makan dalam beberapa minggu.
Selain itu, ia juga merasa kualitas hidupnya sudah menurun secara substansial selama 6 bulan terakhir dan kesehatan mentalnya juga terganggu.
Baca Juga: Minuman Ini Bisa Picu Hasil Tes Antigen Positif Palsu, Ini Sebabnya!
"Saat saya pertama kali menunjukkan gejala aneh ini, saya sangat ketakutan. Dokter menawari saya antidepresan, tetapi saya tolak. Kemudian mereka memberi saya kalori shake untuk asupan kalori tubuh. Karena, seminggu saya sempat berpikir tidak akan bisa makan apapun," katanya.
Bahkan, ia juga sempat pergi ke supermarket untuk mencuri bahan makanan yang bisa dikonsumsinya. Tetapi, semua itu berubah bak mimpi buruk karena ia merasa semua makanan di supermarket mengandung bahan yang tidak bisa dikonsumsinya.
"Bawang putih dan bawang bombay salah satu makanan yang tidak bisa saya makan sama sekali. Bahkan, bila kandungan itu ada pada makanan kemasan dalam jumlah sedikit," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
Terkini
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030