Suara.com - Orang yang sensitif terhadap hormon stres bisa berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular atau jantung.
Hal ini dinyatakan dalam penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan European Society for Pediatric Endocrinology Meeting.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat tes yang dapat membedakan antara orang yang sensitif terhadap hormon stres dan orang yang resisten.
Melansir dari Healthshots, profil protein yang terkait dengan sensitivitas glukokortikoid termasuk peningkatan penanda risiko gangguan terkait stres seperti stroke dan serangan jantung mungkin menunjukkan kemungkinan baru untuk diagnostik atau terapi di area ini.
Glukokortikoid (GCs) adalah sekelompok hormon yang diproduksi secara alami di dalam tubuh, salah satunya adalah hormon stres kortisol. Sangat penting untuk metabolisme dan fungsi kekebalan tubuh yang sehat.
Mereka bertindak sebagai anti-peradangan dan secara rutin digunakan untuk mengobati alergi, asma, dan kondisi lain yang melibatkan sistem kekebalan yang terlalu aktif. Namun, orang merespons secara berbeda terhadap GC.
Tes yang membedakan antara orang yang sensitif dan resisten akan sangat berguna dalam meningkatkan hasil pengobatan.
Protein dalam tubuh kita bertanggung jawab untuk mengenali, mengangkut, dan memengaruhi tindakan hormon seperti GC, jadi mungkin profil protein orang yang sensitif dan resisten dapat menunjukkan efektivitas GC.
Stres kronis telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke, tetapi perubahan fisiologis yang mendasarinya tidak dipahami dengan baik.
Baca Juga: Cegah Kematian, Dokter Minta Pasien Jantung untuk Lakukan Vaksinasi COVID-19
Dalam penelitian ini, Dr Nicolas Nicolaides dan rekan-rekannya di Athena, Yunani, menyelidiki apakah satu set protein dapat diidentifikasi yang akan membedakan antara orang yang sensitif dan resisten terhadap GC.
Setidaknya 101 sukarelawan sehat diberi dosis rendah GC, deksametason, kemudian diberi peringkat dari yang paling sensitif hingga paling resisten, berdasarkan kadar kortisol darah mereka keesokan paginya. Sampel dari 10 persen teratas dan terbawah kemudian dianalisis menggunakan spektrometri massa kromatografi cair untuk mengidentifikasi perbedaan profil protein di antara kelompok-kelompok ini.
Kelompok sensitif memiliki 110 upregulated dan 66 downregulated protein dibandingkan dengan kelompok resisten. Dari protein yang diregulasi dalam kelompok sensitif, beberapa dikaitkan dengan peningkatan pembekuan darah, pembentukan plak amiloid pada penyakit Alzheimer dan fungsi kekebalan.
Dokter Nicolaides mengatakan temuan tim menunjukkan bagaimana peningkatan sensitivitas glukokortikoid dapat dikaitkan dengan gangguan terkait stres, termasuk infark miokard dan otak yang dapat mengarah pada intervensi terapeutik baru.
"Ini adalah penelitian kecil, jadi lebih lanjut, penelitian yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi perbedaan yang diamati antara orang yang sensitif terhadap glukokortikoid dan orang yang resisten," ujar Dr Nicolaides.
“Kami berspekulasi bahwa jika orang yang paling sensitif terhadap glukokortikoid terkena stres yang berlebihan atau berkepanjangan, peningkatan aktivasi sel darah yang dihasilkan dapat mempengaruhi mereka untuk membentuk gumpalan di jantung dan otak, yang menyebabkan serangan jantung atau stroke," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya