Suara.com - Olahraga dapat membantu mengurangi gejala gangguan tidur. Hal ini yang juga bisa meningkatkan fungsi otak.
Melansir dari Medical Xpress, olahraga bisa menjadi pengobatan tambahan yang berguna untuk orang-orang dengan apnea tidur obstruktif sedang hingga berat.
Kondisi ini ditandai dengan mendengkur keras dan pernapasan terganggu serta dyang apat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan penurunan kognitif.
Apnea tidur biasanya diobati dengan continuous positive airway pressure atau CPAP.
"Olahraga tampaknya menjadi pengobatan non-farmakologis yang menarik dan bisa menjadi [terapi] tambahan," kata pemimpin peneliti Linda Massako Ueno-Pardi, seorang profesor di Sekolah Seni, Sains dan Humaniora di Universitas São Paulo di Brasil.
Menurut pernyataan ilmiah oleh American Heart Association yang diterbitkan pada bulan Juni, antara 40 persen hingga 80 persen orang dengan penyakit kardiovaskular mengalami sleep apnea.
Kondisi ini sering dikaitkan dengan obesitas, yang dapat mempersempit jalan napas di bagian belakang tenggorokan, sehingga lebih sulit bernapas saat berbaring.
Merokok, riwayat keluarga, hidung tersumbat, tidur terlentang, minum alkohol, memiliki leher yang lebih tebal atau tenggorokan yang sempit dan beberapa kelainan hormon juga dapat menyebabkan kondisi tersebut. Beberapa kondisi medis, seperti diabetes tipe 2, juga meningkatkan risiko sleep apnea.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan orang dengan sleep apnea mengalami penurunan metabolisme glukosa otak atau kemampuan otak. Hal ini dapat mengganggu fungsi kognitif.
Baca Juga: Jauhari Johan Bagikan Tips Ikut Serta Kompetisi Olahraga Virtual, Baca Baik-baik Ya!
Temuan ini dilaporkan minggu pada konferensi virtual AHA's Hypertension Scientific Sessions, dianggap sebagai pendahuluan sampai diterbitkan dalam jurnal peer-review.
"Penelitian ini membuat kasus yang bagus mengapa olahraga harus ditambahkan ke strategi pengobatan untuk sleep apnea," kata Michael Grandner, direktur Sleep and Health Research Program dan profesor psikiatri di University of Arizona College of Medicine di Tucson. Dia tidak terlibat dalam penelitian.
"Mesin CPAP tidak banyak membantu mengatasi obesitas, penyebab terbesar apnea tidur obstruktif. Olahraga mungkin efektif dalam mengurangi kelebihan lemak di sekitar saluran udara yang mempersulit orang untuk bernapas di malam hari, yang menyebabkan apnea tidur," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia