Suara.com - Angka kejadian Kelainan Jantung Bawaan (KJB) di Indonesia, berdasarkan data dari Indonesia Heart Association diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup atau 9 per 1000 kelahiran hidup setiap tahun.
Anak dengan KJB memiliki kelainan pada fungsi maupun struktur jantung sejak ia dilahirkan.
Kondisi ini dapat mengganggu aliran darah supaya mengalir ke seluruh tubuh, untuk membawa oksigen dan nutrisi bagi tiap sel tubuh.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Dr. dr. I Gusti Lanang Sidhiarta Sp.A(K) menjelaskan, jika anak dengan KJB memiliki risiko yang signifikan terjadinya ketidakseimbangan energi yang dapat menyebabkan malnutrisi atau kurang gizi.
Hal tersebut, lanjut dokter yang berpraktik di rumah Sakit Umum Daerah Sanglah, Denpasar, Bali ini terjadi karena asupan nutrisi anak dengan KJB tidak adekuat. Mereka juga mudah lelah, sering terhenti saat makan atau minum, bahkan sejak bayi sehingga asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhannya.
"Anak dengan KJB juga sering mengalami inflamasi/infeksi yang menyebabkan nafsu makan menurun. Serta memiliki metabolisme basal lebih tinggi terutama pada saat aktif atau menangis sehingga kebutuhan nutrisi meningkat," jelasnya dalam webinar bersama Danone Specialized Nutrition Indonesia, Rabu (29/9/2021).
Selain itu, kata dua, kebutuhan gizi terutama energi dan protein pada pasien KJB lebih besar dari yang direkomendasikan berdasarkan kebutuhan fisiologis, usia dan berat badan. Sementara toleransi volume cairan terbatas karena adanya disfungsi jantung.
Oleh karena itu, anak dengan KJB memerlukan perhatian khusus dari orangtua terutama pemberian nutrisi yang telaten karena berisiko tinggi mengalami malnutrisi dengan berbagai dampak negatifnya bahkan sudah bisa terjadi sejak masa bayi.
"Pada usia 6 bulan pertama berikanlah ASI dalam keadaan tenang, hindari bayi sering menangis karena saat aktif kebutuhan kalori akan meningkat," jelasnya.
Baca Juga: Menari Dapat Mencegah Obesitas si Pemicu Penyakit Jantung
Selain itu, pada usia yang lebih besar terapi nutrisi pada anak dengan KJB dapat dilakukan dengan memastikan kalori dan protein yang cukup untuk memfasilitasi kenaikan berat badan.
Bentuk paling umum terapi nutrisi pada anak di atas 1 tahun yang mengalami KJB adalah penggunaan formula tinggi kalori sehingga mengurangi volume cairan yang diberikan.
"Bila ada tanda gagal tumbuh yaitu kenaikan BB dibawah persentil-5 sesuai tabel WHO segera berkonsultasi dengan dokter anak," saran dia.
Perbaikan gizi anak dengan KJB dapat mencegah atau menurunkan angka kesakitan dan kematian, mendukung tumbuh kembang yang optimal, dan memberikan angka keberhasilan operasi koreksi jantung dengan hasil yang lebih baik, serta kualitas fisik dan mental yang optimal di masa depan.
Berita Terkait
-
Bantah Autopsi, RSUP Ngoerah Denpasar soal Kabar Jantung WN Australia Byron James Dicuri: Hoaks!
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Ketika Stres Diam-Diam Bikin Tubuh Sakit, Dokter Indonesia Angkat Isu Ini ke Eropa
-
Vokal Suarakan Keresahan Rakyat, Ferry Irwandi Ternyata Idap Penyakit Mematikan
-
Diam-diam Ferry Irwandi Punya Kelainan Jantung, RIsiko Terburuk Meninggal Mendadak
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis