Suara.com - Penyebab masih rendahnya cakupan vaksinasi COVID-19 pada lansia terungkap. Berdasarakan studi terbaru, 40 persen lansia enggan menerima vaksin COVID-19.
Direktur Ilmu Komunikasi dan Penelitian dari Johns Hopkins Center for Communication Programs Douglas Storey mengungkap alasannya.
“Pada kelompok lansia di bawah grafik ini, di atas 55 tahun masih terdapat 40 persen yang melaporkan kemungkinannya tidak akan divaksin,” kata Douglas dalam webinar Urgensi Percepatan Vaksinasi Kelompok Rentan, Antisipasi Gelombang Ketiga COVID-19 yang diikuti di Jakarta, mengutip ANTARA.
Data tersebut, dikumpulkan oleh pihaknya bersama dengan sejumlah pihak seperti Universitas Maryland dan Universtas Carnegie Mellon, setelah melakukan survei yang telah disesuaikan dengan usia, sejak bulan Mei hingga September lalu melalui akun Facebook kepada para pengguna Facebook secara random.
Douglas menjelaskan, dari data yang didapatkan, sebanyak 44 persen lansia mengaku takut akan efek samping vaksin yang diberikan, serta sebanyak 37 persen menunggu apakah vaksin tersebut aman untuk digunakan.
Ia menyebutkan, alasan lain masih banyaknya penduduk lansia yang takut divaksinasi adalah tidak mengetahui bagaimana cara kerja vaksin tersebut, tidak menyukai vaksin bahkan banyak dari lansia berfikiran untuk mendahulukan orang lain yang lebih muda dan membutuhkan dibanding dirinya sendiri.
Melihat banyaknya jumlah penduduk lansia yang masih takut untuk melakukan vaksinasi, dia menyarankan pemerintah untuk lebih menggalakkan sosialisasi mengenai vaksin COVID-19 melalui testimoni atau cerita masyarakat yang telah melakukan vaksinasi.
Menurut Douglas, pemerintah Indonesia lebih banyak memberikan edukasi menyangkut hal teknis seperti efek samping vaksin dibandingkan bagaimana cara vaksin tersebut bekerja maupun bukti bahwa vaksin secara efektif dapat mencegah penyakit lain kepada lansia.
Ia menjelaskan, pemerintah perlu menyampaikan edukasi atau sosialisasi tersebut melalui pesan-pesan yang memfokuskan pada terbuktinya keamanan vaksin, testimonial masyarakat lain sehingga lansia tidak menghadapi ketakutan terhadap vaksin COVID-19 itu sendiri.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Dukung Pemprov Sumut Kejar Target Vaksinasi
“Jadi implikasinya penyampaian pesan perlu difokuskan pada keamanan vaksin yang telah terbukti dan efek samping akibat COVID-19 dibandingan dengan efek samping dari vaksin yang sangat lebih parah,” ujar dia.
Berita Terkait
-
Mengenal Program Studi Artificial Intelligence, Jalan Baru Menuju Karier Masa Depan
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Riset: Orang Indonesia Dengar Podcast 2-3 Kali Seminggu, Durasi hingga 1 Jam
-
Benarkah Vaksinasi Campak Bisa Picu Kecacatan Anak? Ini Penjelasan Dokter
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan