Suara.com - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa tidur memengaruhi segala macam aktivitas yang termasuk dalam kemampuan kognitif, termasuk cara berjalan.
Studi ini dilakukan oleh para peneliti di MIT dan Universitas Sao Paulo Brasil kepada mahasiswa yang secara sukarela menjadi subjek studi. Mereka menemukan bagaimana tidur memengaruhi bagaimana kita melangkah dan gaya berjalan.
Dalam percobaan treadmill ini, tim menemukan semakin sedikit jam tidur seseorang, semakin sedikit kontrol yang mereka miliki saat berjalan.
Untuk mahasiswa yang begadang semalaman sebelum tes, kontrol gaya berjalan mereka semakin menurun, lapor Medical Xpress.
Menariknya, mahasiswa yang tidak begadang semalaman sebelum tes, tetapi tetap memiliki waktu tidur tidak ideal dan mengganti waktu tidurnya di akhirnya pekan, memiliki kinerja yang lebih baik.
Dalam studi ini, tim memberi jam tangan kepada mahasiswa Universitas São Paulo yang menjadi peserta studi untuk melacak aktivitas mereka selama 14 hari.
Informasi ini memberi peneliti gambaran tentang kapan dan berapa lama siswa tidur dan aktif setiap hari.
Pada malam ke-13, sekelompok mahasiswa terjaga sepanjang malam. Peneliti menyebut kelompok ini sebagai Sleep Acute Deprivation, atau SAD.
Keeseokan paginya saat tes dilaksanakan, peserta berjalan di atas treadmill dengan kecepatan yang sama.
Baca Juga: Dipimpin Mahfud MD, Prosesi Pemakaman Sudi Silalahi Tetap Berjalan Meski Hujan Deras
Mereka diminta mengikuti irama dengan secara perlahan peneliti menaikkan dan menurunkan kecepatan metronom tanpa memberi tahu peserta.
Kamera diatur untuk menangkap cara para peserta berhalan, khususnya saat tumit menapak ke treadmill.
"Mereka harus menyinkronkan tumit dengan irama, dan kami menemukan banyak kesalahan pada orang yang kurang tidur akut. Mereka keluar dari ritme, mereka sering melewatkan bunyi bip," jelas penulis studi Forner-Cordero. Artinya, cara berjalan kelompok ini menjadi lebih lambat.
Mereka juga menemukan mahasiswa yang mengganti waktu kurang tidur mereka di akhir pekan berjalan lebih baik daripada kelompok SAD.
"Hasilnya menunjukkan bahwa gaya berjalan bukanlah proses ototmatis, dan dapat dipengaruhi oleh kurang tidur. Ada strategi untuk mengurangi efek kurang tidur. Idealnya, setiap orang harus tidur delapan jam semalam. Tapi jika tidak bisa, maka kita harus memberi kompensasi sebanyak dan sesering mungkin" tandas rekan peneliti Krebs.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia