Suara.com - Puasa intermiten makin populer di masyarakat, karena disebut bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Apa itu puasa intermiten?
Studi dari University of Illinois Chicago menyebut puasa intermiten dapat menurunkan berat badan secara signifikan, serta meningkatkan kesehatan metabolisme pada individu dengan obesitas.
“Kami mencatat bahwa puasa intermiten tidak lebih baik daripada diet biasa. Keduanya mengasilkan jumlah penurunan berat badan yang sama, juga mampu mengontrol tekanan darah, kolesterol, dan juga peradangan,” ungkap profesor nutrisi di UIC College of Applied Health Sciences, Krista Varady, mengutip Healthshots.
Lewat studi yang terbit di Annual Review of Nutrition ini, peneliti menyebut puasa intermiten menurunkan 1 hingga 8 persen dari berat awal. Manfaat ini serupa dengan diet tradisional pada pembatasan kalori.
Rejimen puasa intermiten juga dapat bermanfaat bagi kesehatan lainnya, salah satunya dapat menurunkan tekanan darah dan resistensi insulin, di mana dalam beberapa kasus, ini dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida.
Selain itu, manfaat kesehatan lainnya dari puasa intermiten ini, dapat meningkatkan regulasi nafsu makan dan perubahan positif pada mikrobioma usus.
Dari ulasan studi ini, ada tiga jenis puasa intermiten yang diteliti, antara lain:
Puasa alternatif, yang biasanya melibatkan hari yang diselingi dengan puasa, di mana hanya 500 kalori yang dikonsumsi dalam satu kali makan.
Diet 5:2, yaitu versi modifikasi dari puasa alternatif yang melibatkan lima hari makan biasa, juga dua hari puasa per minggu.
Baca Juga: Diet Audy Item Berhasil, Bajunya Mulai Longgar
Mengonsumsi makanan dengan batasan waktu, yang juga membatasi makan pada jumlah jam tertentu per hari, yang biasanya hanya empat hingga 10 jam tanpa batasan kalori selama periode makan.
Dari berbagai penelitian tentang konsumsi makan yang dibatasi waktu, menunjukkan peserta dengan obesitas menurunkan berat badan mereka sebesar 3 persen, terlepas dari waktu jendela makan.
Selain itu, studi juga menunjukkan, puasa hari alternatif dapat menurunkan berat badan sebesar 3-8 persen dari berat badan selama tiga sampai delapan minggu, dengan hasil puncak pada 12 minggu.
Peserta yang melakukan puasa alternatif biasanya tidak mengonsumsi makan berlebihan pada hari makan, di mana ini menghasilkan penurunan berat badan ringan hingga sedang.
Di samping itu, studi untuk diet 5:2 menunjukkan hasil yang mirip dengan puasa alternatif, di mana subyek yang berpartisipasi, berpuasa jauh lebih jarang dibanding peserta yang puasa alternatif. Tetapi, hasil penurunan berat badan juga mengalami jumlah serupa.
Pada penurunan berat badan antara puasa alternatif dan puasa diet 5:2. Sebanding dengan diet pembatasan kalori harian yang lebih tradisional. Dan kedua diet puasa ini menunjukkan, individu mampu mempertahankan 7 persen penurunan berat badannya selama setahun.
Berita Terkait
-
Menu Sarapan Rendah Gula yang Cocok untuk Program Diet Harianmu: Praktis, Kenyang Lebih Lama
-
Diet Unik Ini Mungkin Jadi Solusi Terbaik untuk Menurunkan Kolesterol
-
Studi Baru Ungkap Pola Makan yang Bisa Menurunkan Berat Badan
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif