1. Menormalkan proses berduka
Bagaimana kematian orangtua di masa kanak-kanak mempengaruhi seorang anak tergantung pada bagaimana orang dewasa berpengaruh di sekitar mereka bereaksi terhadap kesedihan mereka.
Seorang anak yang kehilangan orang tua perlu mengetahui bahwa menunjukkan emosi dan berbicara tentang orang yang meninggal adalah hal yang dapat diterima. Menormalkan proses berduka itu penting. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk mengurangi kecemasan tentang masa depan.
Anak-anak boleh merasakan berbagai emosi setelah kematian orangtua mereka termasuk kemarahan dan rasa bersalah. Mereka perlu tahu bahwa kematian bukanlah kesalahan mereka. Juga normal bahwa anak mungkin berpikir mereka melihat atau bermimpi tentang orang tua mereka yang sudah meninggal. Mereka tidak harus melupakan orangtua yang meninggal.
2. Gunakan Pola asuh yang positif
Cukup sering, anak-anak dapat mengomunikasikan kesulitan mereka menyesuaikan diri dengan perubahan setelah kematian dengan berperilaku tidak baik. Dengan menggunakan pola asuh positif, orang dewasa menciptakan hubungan yang positif pula dan lingkungan yang memungkinkan komunikasi terbuka.
Orang dewasa yang mengasuh anak dengan mempraktikkan pola asuh positif akan selalu bersikap hangat dan suportif. Mereka menggunakan disiplin positif yang efektif dengan baik dan tegas.
Pola asuh positif yang efektif dapat membantu penyesuaian diri anak setelah kematian orangtuanya. Ini mengurangi kemungkinan penyakit mental anak seperti gangguan depresi berat dan mendorong adaptasi yang lebih baik pada anak-anak yang berduka.
3. Kurangi paparan anak terhadap peristiwa kehidupan negatif
Baca Juga: Sopir Mengantuk Penyebab Vanessa Angel dan Suami Kecelakaan, Ini Cara Mencegahnya
Peristiwa kehidupan negatif setelah kehilangan orangtua terkait dengan peningkatan masalah kesehatan mental anak. Misalnya, liburan bisa jadi sulit bagi keluarga yang berduka dalam dua tahun pertama, terutama anak-anak.
Pengasuh dapat menggunakan keterampilan mendengarkan yang baik untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi anak-anak untuk membicarakan perasaan mereka tentang liburan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru