Suara.com - Pil antivirus Paxlovid buatan Pfizer diklaim bisa menurunkan risiko rawat inap dan kematian sebesar 89 persen, saat diminum tiga hari usai timbulnya gejala.
Mengutip Live Science, Sabtu (6/11/2021), klaim ini disampaikan berdasarkan hasil uji klinis terkontrol dengan plasebo, pada orang yang terinfeksi Covid-19 dan berisiko mengalami gejala yang lebih berat.
Dalam penelitian tersebut, lebih dari 1.200 orang dewasa di AS dan luar negeri yang dites positif Covid-19 bergejala ringan dan sedang, terdaftar uji klinis.
Peserta yang terdaftar dalam uji klinis ini, setidaknya memiliki salah satu gejala yang membuat mereka berisiko mengalami tingkat gejala berat bahkan kritis, akibat Covid-19.
Namun tidak ada satupun peserta penelitian yang sudah menerima vaksinasi Covid-19.
Hasilnya, 389 peserta yang menerima Paxlovid yang dikombinasikan dengan obat HIV, ritonavir, mereka hanya perlu dirawat tiga hari di rumah sakit dan tidak ada yang meninggal.
Sedangkan dari 385 orang yang menerima pil plasebo dalam tiga hari setelah bergejala, 37 dirawat di rumah sakit dan 7 orang meninggal dunia.
Namun, 607 peserta yang menggunakan Paxlovid, dalam waktu lima hari, hanya 6 orang yang dirawat dan tidak ada satupun yang meninggal dunia.
Di sisi lain, 612 orang yang mendapatkan pil plasebo dalam waktu lima hari setelah timbulnya gejala, ada 41 orang yang dirawat di rumah sakit dan 10 orang meninggal.
Baca Juga: Inggris Menjadi Negara Pertama di Dunia yang Setuju Menggunakan Obat Covid-19 Molnupiravir
Adapun Paxlovid bekerja dengan menghambat enzim yang disebut protease, yang diperlukan virus SARS CoV 2 untuk bereplikasi di dalam tubuh.
Obat itu disebut sangat efektif hingga membuat komite menghentikan uji coba, dan segera meminta subjek yang menerima pil plasebo atau obat kosong, untuk mendapatkan pil yang sebenarnya.
Bahkan Pfizer akan segera mengirimkan data hasil uji klinis ke BPOM Amerika Serikat, yakni Food and Drug Administration (FDA), agar segera mendapat izin penggunaan darurat sesegera mungkin.
Sementara itu, Paxlovid bukan obat antivirus Covid-19 pertama di dunia. Sebelumnya ada molnupiravir, obat antivirus Covid-19 pertama buatan Merck yang bisa menurunkan risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19 hingga 50 persen.
Sayangnya, molnupiravir masih dalam tinjauan FDA dan belum disetujui atau direkomendasikan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan