Suara.com - Demi mengurangi ketergantungan Indonesia pada obat impor, Wakil Menteri Kesehatan atau Wamenkes dr. Dante Saksono Herbuwono mengatakan bahwa pengembangan obat bahan alami alias fitofarmaka dalam negeri bisa jadi solusi utama.
Fitofarmaka merupakan obat dari bahan alami yang telah melalui proses uji klinis, sehingga memiliki khasiat setara dengan obat.
Apalagi menurut Wamenkes Dante, Indonesia punya potensi besar, karena sebanyak 11.218 tanaman obat sudah tercatat didokumentasikan oleh Kementerian Kesehatan.
Alhasil, fitofarmaka bisa mempercepat transformasi sistem kesehatan nasional yang tengah digencarkan pemerintah.
"Ini akan menjamin keamanan kita dalam melakukan transformasi kesehatan di masa depan,” kata Dante pada Forum Nasional Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan dalam rangka menyambut Hari Kesehatan Nasional, di Yogyakarta berdasarkan keterangan yang diterima suara.com, Senin (9/11/2021).
Adapun beberapa fitofarmaka yang berhasil dikembangkan Indonesia di antaranya sebagai immunomodulator atau penguat kekebalan tubuh, obat tukak lambung, antidiabetes, antihipertensi, obat untuk melancarkan sirkulasi darah, dan obat untuk meningkatkan kadar albumin.
Selain itu, ada pula fitofarmaka yang akan dikembangkan yakni obat pelancar ASI, antihiperlipidemia-kolesterol, hepatoprotektor, pengobatan nyeri sendi, diare, peningkatan fungsi kognitif, percepatan penyembuhan luka, mengurangi nyeri haid, serta obat untuk meredakan gejala batuk - pilek.
"Prosesnya tentu tidak sederhana, butuh proses analisis, proses penelitian dan ini akan melibatkan berbagai macam sektor untuk bekerja sama secara sinergis. Baik dengan peneliti, industri, perguruan tinggi, dan Kemenkes," tutur Wamenkes Dante.
Potensi fitofarmaka Indonesia juga diamini Sekretaris Perusahaan Indofarma, Wardjoko Sumedi. Ia mengatakan potensi fitofarmaka terbuka lebar bersamaan upaya memasukan produk farmasi ini dalam formularium nasional (FORNAS).
Baca Juga: Pfizer Sebut Obat Covid-19 PAXLOVID Efektif 89 Persen Melawan Infeksi Virus Corona
"Potensi fitofarmaka ke depan akan sangat bagus karena fitofarmaka akan diupayakan masuk ke dalam FORNAS sebagai upaya pengobatan promotif dan preventif," tutur Wadjoko di acara yang sama.
Sayangnya, dari belasan ribu tanaman obat potensial Indonesia masih sangat sedikit fitofarmaka yang berhasil dibuat dan dikembangkan.
Sejak 5 tahun Instruksi Presiden No 6 Tahun 2016 tentang pengembangan obat fitofarmaka diterbitkan, nyatanya menurut data Kemenkes baru ada 26 fitofarmaka yang berhasil dikembangkan.
Sedangkan hanya 35 Fitofarmaka yang sudah mendapat nomor izin edar (NIE) BPOM RI.
Sementara itu, berdasarakn NIE BPOM RI ada 23 produk Fitofarmaka didaftarkan PT Dexa Medica, 8 produk dari PT Ferron Par Pharmaceuticals, 2 produk dari PT Phapros, dan 2 produk dari PT Royal Medicalink Pharmalab.
Produk fitofarmaka saat ini juga dikenal dengan sebutan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
Terkini
-
Jennifer Coppen Ungkap Tantangan Rawat Kulit Sensitif Anaknya, Kini Lebih Selektif Pilih Skincare
-
Titiek Soeharto Klaim Ikan Laut Tidak Tercemar, Benarkah Demikian?
-
Bukan Cuma Kabut Asap, Kini Hujan di Jakarta Juga Bawa 'Racun' Mikroplastik
-
Terobosan Regeneratif Indonesia: Di Balik Sukses Prof. Deby Vinski Pimpin KTT Stem Cell Dunia 2025
-
Peran Sentral Psikolog Klinis di Tengah Meningkatnya Tantangan Kesehatan Mental di Indonesia
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru