Suara.com - Pemerintah disarankan menggunakan strategi 'memaksa' agar semakin banyak masyarakat yang mau divaksinasi Covid-19. Salah satunya dengan memperluas penggunaan aplikasi PeduliLindungi di setiap ruang publik.
Peneliti Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu, MKK mengatakan, syarat kartu vaksin melalui PeduliLindungi cukup ampuh dalam mendorong masyarakat agar mau divaksinasi.
Hanya saja, saat ini perlu diperluas mengingat cakupannya belum mencapai 70 persen, sebagaimana target pemerintah.
"Kalau boleh ruang publik diperluas. Ruang publik yang saat ini wajib vaksin paling mal. Kalau warung itu kan ruang publik, tapi kan enggak pakai PeduliLindungi, mungkin lebih berat juga bagi pemerintah. Tapi sudah harus dipikirkan," kata Ray dalam konferensi pers virtual, Senin (15/11/2021).
Ia menyarankan, ruang publik apa pun yang berisiko dikunjungi banyak orang harus dan wajib memakai akses PeduliLindungi.
"Diperluas sampai seluas-luasnya ruang publik yang tersedia di Indonesia. Ini saya yakin akan sangat efektif," ucapnya.
Namun, selain itu, edukasi pentingnya vaksinasi Covid-19 juga harus tetap dilakukan.
Sebab, Ray mengungkapkan bahwa dari hasil survei HCC ditemukan kebanyakan alasan masyarakat enggan disuntik vaksin karena masih tidak percaya dengan manfaat vaksin.
Ia menyarankan, edukasi terkait vaksin harus lebih spesifik hingga level kecamatan. Pemerintah harusnya lakukan sistem pemetaan untuk melihat tingkat vaksinasi Covid-19 per kecamatan.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Deretan Aturan Khusus Untuk Masyarakat yang Menolak Divaksin
Selain jumlah, perlu diidentifikasi juga penyebab masyarakat belum disuntik vaksin.
"Itu harus dilakukan pemetaan. Saya yakin punya, tapi pemetaannya harus dikasih akses publik. Di situ yang disasar diidentifikasi, perlu akademisi. Tugas akademisi melihat, lakukan analisis secara ilmiah. Bisa jadi memang karena ada kepercayaan tertentu, local wisdom," ucapnya.
Setelah diketahui jumlah juga penyebabnya, maka edukasi yang disampaikan bisa menyesuaikan kondisi di lapangan. Dengan begitu, menurut Ray, edukasi vaksinasi juga bisa dilakukan dengan pendekatan berdasarkan tingkat pendidikan sosial, budaya, maupun gender.
"Tapi karena ini komunal, local wisdom akan lebih efektif," ujarnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025