Suara.com - Sunat dalam istilah medis disebut juga sirkumsisi. Tindakan bedah memotong kulup penis itu memang bukan sekadar kewajiban bagi umat muslim laki-laki, tapi juga untuk alasan kesehatan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Daeng Faqih, S,H, MH., menjelaskan bahwa sunat atau sirkumsisi merupakan tindakan medis untuk membuang sebagian atau seluruh kulup (prepusium) dengan tujuan tertentu. Sejak dulu, banyak metode yang telah ada untuk melakukan sunat.
Namun, saat ini metode yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) salah satunya adalah klem atau menggunakan tabung plastik yang dipasang pada kulup penis.
"Sunat yang baik dan aman adalah dengan metode klem, itu yang direkomendasikan WHO," kata dalam sambutan webinar 'Sunat Aman dengan Metode Modern', Senin (22/11/2021).
Menurut dokter spesialis bedah sekaligus pemilik Rumah Sunat dr. Mahdian, dr. Mahdian Nur Nasution, Sp. BS., mengatakan bahwa sunat dengan metode klem bisa meminimalisir risiko pendarahan. Rumah sunat miliknya itu juga telah menggunaaan metode tersebut sejak 2006.
Hanya saja, saat itu alat klem yang digunakannya masih impor dari Malaysia yang dibuat produsen Belanda. Namun, diakuinya, harga satuan alat klem impor tersebut cukup mahal. Sekitar Rp 450 ribu. Oleh sebab itu, ia inisiatif untuk memproduksi alat klem sendiri.
"Jadi kita produksi sendiri, sekitar 1-2 tahun untuk merancangnya. Kemudian pada 2014 bisa dipakai dan sudah dapat izin edar dari Kementerian Kesehatan," ucapnya.
Dokter Mahdian menjelaskan bahwa metode klem sunat itu tidak memerlukan jahitan dan perban. Selain itu, proses sunat dengan Mahdian Klem juga hanya membutuhKn waktu kurang dari 7 menit.
Meski begitu, sterilisasi luka sunat tetap terjaga dengan menggunakan peralatan pendukung Circumcision Kit sekali pakai untuk mencegah terjadinya risiko penularan penyakit.
Baca Juga: 4 Jenis Metode Sunat yang Banyak Dilakukan, Mana yang Lebih Aman?
Sehingga, setelah tindakan sunat, anak bisa langsung beraktivitas. Meski begitu, dokter Mahdian mengingatkan agar orangtua juga melakukan kontrol pasca sunat.
"Kontrol pasca sunat diperlukan agar proses pemulihan luka sunat bisa dipantau dengan baik oleh dokter. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah berbagai risiko yang mungkin terjadi, seperti pendarahan, penis bengkak, hingga infeksi pada penis," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya