Suara.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeteksi adanya varian baru virus corona yang dikenal sebagai B.1.1.529 di Afrika Selatan. Virus ini memiliki banyak mutasi di bagian protein lonjakannya.
WHO telah memberi nama varian ini sebagai Omicron, yang diambil dari huruf Yunani.
Berdasarkan New Scientist, varian ini pertama kali terdeteksi pada 23 November di Afrika Selatan, dalam sampel yang diambil pada 9 November. WHO mendapat laporan pada 24 November.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla menduga varian ini yang menyebabkan peningkatan harian dalam beberapa hari terakhir.
WHO mendaftarkan Omicron sebagai varian yang sedang dalam pemantauan, tetapi Kelompok Penasihat Teknis tentang Evolusi Virus SARS-CoV-2 WHO telah menyarankan untuk mengubah statusnya menjadi varian yang menjadi perhatian.
Mutasi pada Omicron
Ahli dari Universitas Cambridge Sharon Peacock mengatakan bahwa varian B.1.1.529 ini memiliki kumpulan mutasi yang tidak biasa.
Ada 30 mutasi pada protein lonjakan, bagian virus yang bertugas menempel pada sel manusia. Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) menduga mutasi lainnya dapat membantu virus corona ini melewati sistem kekebalan, membuatnya lebih menular dan kurang rentan terhadap pengobatan yang ada.
Peneliti dari Imperial College London Wendy Barclay mengungkap bahwa peneliti belum sepenuhnya memahami varian baru ini, termasuk dampaknya terhadap vaksin.
Baca Juga: Mutasi Varian Virus Corona B.1.1.529 Dua Kali Lipat dari Delta, WHO Adakan Rapat Darurat
Tetapi, secara teori jumlah perubahan di seluruh bagian antigenik pada protein lonjakan berarti akan mengganggu efektivitas antibodi yang dibangun oleh vaksin Covid-19.
Mutasi pada bagian Omicron yang dikenal sebagai 'situs pembelahan furin' mirip dengan yang terlihat pada varian Alpha dan Delta. Tugasnya untuk membantu virus menyebar lebih mudah.
"Sangat masuk akal, secara biologis, jika B.1.1.529 memiliki transmisibilitas yang lebih besar daripada Delta," jelas Barclay.
Ada mutasi juga berarti bahwa varian baru ini berisiko lebih resisten terhadap terapi antibodi, seperti yang dikembangkan oleh perusahaan Regeneron.
"Itu benar-benar memprihatinkan," sambung Barclay.
Berita baiknya tentang varian ini adalah tidak ada tanda bahwa Omicron menyebabkan Covid-19 parah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
Terkini
-
Cuaca Lagi Labil, Ini Tips Atasi Demam Anak di Rumah
-
Gangguan Irama Jantung Intai Anak Muda, Teknologi Ablasi Dinilai Makin Dibutuhkan
-
BPOM Edukasi Bahaya AMR, Gilang Juragan 99 Hadir Beri Dukungan
-
Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur Dunia, Siapkah Tenaga Kesehatan Menghadapi Krisis Ini?
-
Susu Tanpa Tambahan Gula, Pilihan Lebih Aman untuk Anak
-
Diabetes Makin Umum di Usia Muda, Begini Cara Sederhana Kendalikan Gula Darah
-
VELYS Robotic-Assisted: Rahasia Pemulihan Pasca Operasi Lutut Hanya dalam Hitungan Jam?
-
Waspada! Obesitas Dewasa RI Melonjak, Kenali Bahaya Lemak Perut yang Mengintai Nyawa
-
Kota Paling Bersih dan Sehat di Indonesia? Kemenkes Umumkan Penerimanya Tahun Ini
-
Dari Flu hingga Hidung Tersumbat: Panduan Menenangkan Ibu Baru Saat Bayi Sakit