Bisnis / Energi
Selasa, 02 Desember 2025 | 11:11 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia [Shutterstock]
Baca 10 detik
  • Harga minyak Brent dan WTI stabil pada Selasa 2 Desember 2025, setelah OPEC menahan peningkatan produksi.
  • OPEC mempertahankan volume produksi hingga kuartal pertama 2026 guna menstabilkan pasar yang permintaannya tidak merata.
  • Pasar mempertimbangkan dampak serangan drone Ukraina dan ketegangan AS-Venezuela, serta spekulasi pemotongan suku bunga The Fed.

Suara.com - Harga minyak dunia di pasar Asia dilaporkan stabil pada perdagangan Selasa 2 Desember 2025, setelah sebelumnya naik di tengah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) menghentikan sementara peningkatan produksi.

Mengutip dari Investing.com, Selasa (2/12/2025), minyak mentah Brent berjangka menjadi 63,31 dolar AS per barel, naik tipis 14 sen atau 0,2 persen.

Sedangkan, minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 18 sen atau 0,3 persen, menjadi 59,50 per dolar AS barel.

Sebagaimana dilaporkan, harga kedua minyak mentah sebelumnya meningkat lebih dari 1 persen, usai OPEC mengonfirmasi mempertahankan volume produksinya hingga kuartal pertama tahun 2026.

Langkah itu, diambil karena OPEC telah meningkatkan pasokannya hampir 3 juta barel per hari sejak April lalu.

Tujuan OPEC tidak meningkatkan produksinya, disebut mencerminkan upaya mereka menstabilkan pasar di tengah permintaan minyak mentah yang tidak merata, dan kekhawatiran ancaman gangguan pasokan.

OPEC dilaporkan mendukung mekanisme untuk mengukur kapasitas produksi maksimum setiap anggota pada periode Januari dan September 2026.

Logo OPEC. (Shutterstock)

Hal itu yang nantinya menjadi dasar dalam penentuan kuota yang lebih transparan untuk tahun 2027.

Di sisi lain, pasar juga sedang memperhitungkan dampak serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap infrastruktur Rusia yang baru-baru ini terjadi.

Baca Juga: Pengamat Nilai Proyek RDMP Balikpapan Bisa Percepat Hilirisasi Migas

Serangan itu menyebabkan terganggunya proses pemuatan di terminal Laut Hitam milik Konsorsium Pipa Kaspia, jalur utama untuk minyak mentah Kazakhstan dan Rusia.

Meski operasinya telah berjalan kembali, pasar tetap menyorotnya sebagai kerentanan arus minyak Rusia.

Selain hubungan Ukraina dan Rusia yang kembali memanas, pasar juga memperhitungkan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan Venezuela.

Sebagaimana dilaporkan, AS berniat memperketat pembatasan terhadap Venezuela, termasuk menutup wilayah udara mereka.

Langkah itu diambil menyusul tudingan Presiden AS, Donald Trump yang menyebut Venezuela membiarkan pengiriman narkoba mengalir dari wilayahnya.

Harga minyak juga didukung meningkatnya spekulasi mengenai pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada bulan depan.

Load More