Suara.com - Gangguan kesehatan mental berisiko terjadi pada segala usia, termasuk anak-anak. Terlebih dalam kondisi pandemi Covid-19, anak juga sama rentannya alamj stres yang bisa berujung jadi masalah mental.
Dokter spesialis anak di RSAB Harapan Kita Jakarta dr. Eva Devita, Sp.A(K)., mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19 makin banyak orangtua yang keluhkan anaknya mengalami berbagai gejala stres.
"Keluhan orangtua yang disampaikan selama pandemi, anak sering menangis, tidur terganggu, suka mimpi buruk, menolak untuk sekolah, tidak mau mengerjakan tugas, menjadi rewel sering marah-marah tanpa sebab," papar dokter Eva dalam webinar RSAB Haraoan Kita Jakarta, Minggu (28/11/2021).
Ia menjelaskan bahwa gangguan kesehatan mental merupakan perubahan bermakna pada cara anak belajar, berperilaku, maupun mengendalikan emosi yang bisa menyebabkan stres atau tekanan batin. Kondisi tersebut sampai menimbulkan masalah pada aktivitas sehari-hari anak.
Ada beberapa jenis gangguan perilaku dan emosional yang bisa terjadi, seperti gangguan cemas, depresi, perilaku yang merusak, dan gangguan perkembangan.
"Masalah perilaku merusak itu bisa berupa tantrum, ADHD atau gangguan hiperaktivitas. Juga anak jadi suka membangkang dan merusak," ucap dokter Eva.
Temuan dari penelitian yang dilakukan di Amerika, lanjutnya, semakin besar usia anak, risiko gangguan kesehatan mental makin besar. Anak bisa mengalami gangguan kesehatan mental berupa depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku.
"Puncaknya pada anak usia 12-17 tahun, angka kejadian gangguan perilaku makin meningkat dan anak perempuan ternyata lebih banyak mengalaminya daripada anak laki-laki," ujarnya.
Dampak psikologis lainnya akibat kondisi pandemi terjadi pada anak yang menjalani karantina. Data dari China di masa awal pandemi saat lockdown ketat diberlakukan, ternyata anak-anak menjadi sangat tergantung pada orangtua, susah untuk berkonsentrasi, mudah rewel, selalu ingin info terbaru, hingga gangguan tidur, nafsu makan buruk, dan merasa tidak nyaman.
Baca Juga: Pasien Diabetes Berisiko Alami Depresi, Bisakah Dicegah dengan Vitamin D dan Omega-3?
"Ini adalah keluhan yang dialami oleh anak yang disampaikan oleh orangtua pada anak usia 3 sampai 18 tahun (di China)," ujarnya.
Semenrara itu, data terbaru pada 2021 di Amerika menunjukkan bahwa dampak pandemi terhadap kesehatan mental remaja memang signifikan. Sekitar 70 persen remaja perempuan mengalami kecemasa, 31 persen lainnya mengalami depresi, 24 persen mengalami gangguan tidur, dan 14 persen mengurung diri juga menghindari berinteraksi dengan anggota keluarga.
Dokter Eva menyampaikan, angka kejadian gangguan mental pada anak laki-laki memang lebih sedikit. Tetapi sebenarnya mereka juga mengalami hal yang sama.
"Jadi dampak pandemi terhadap kesehatan mental anak dan remaja nyata dan faktor yang berkontribusi pada kerentanan anak selama pandemi adalah mulai dari kehilangan anggota keluarga, isolasi karantina di rumah, tidak bisa bertemu atau berbincang dengan teman-temannya," jelasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!