Suara.com - Covid-19 varian Omicron yang pertama kali ditemukan di wilayah Afrika Selatan menjadi ancaman baru, saat dunia tengah bersiap menuju normal.
Hal ini telah diungkap oleh WHO pada Jumat lalu, di mana varian yang disebut B.1.1.529 ini, digolongkan sebagai varian of concern karena dianggap lebih menular.
Covid-19 varian Omicron telah terdeteksi di negara Spanyol. Kasus ini terjadi ketika seorang lelaki yang baru tiba di bandara Madrid berasal dari Afrika Selatan.
Ketika dilakukan tes, Pemerintah setempat mengatakan bahwa hasil yang ditemukan yaitu positif Covid-19, dengan gejala ringan dan sedang melakukan karantina.
Mengenai varian Omicron, mengapa virus ini terus bermutasi? Menjawab pertanyaan itu, telah diungkap oleh Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Prof. Amin Soebandrio.
“Virus itu kan memperbanyak diri lewat replikasi. Ketika bermutasi, itu terjadi secara acak. Tapi setelah terjadi mutasi, itu akan menjadi proses seleksi, karena tidak semua mutasi menyebabkan virusnya tambah baik,” ungkapnya saat dihubungi oleh Suara.com, Selasa (30/11/2021).
“Bahkan ada mutasi yang menyebabkan virusnya malah mati atau lemah, dan ada juga yang menyebabkan apa-apa. Dan itu sekira 4 persen aja yang menyebabkan virusnya tambah fit terhadap lingkungan,” lanjutnya.
Lalu, kapan virus bermutasi akan selesai? Prof. Amin menjawab, selama virusnya masih hidup dan menemui host baru, itu akan terus bermutasi.
“Kalau kita mau menghentikan mutasinya, kita harus menghentikan replikasinya. Artinya tidak memberikan kesempatan si virus menemukan host baru. Jadi rantai penularannya harus kita putus,” ungkap Prof. Amin.
Baca Juga: Satgas Sebut Penyitas Covid-19 Masih Berpotensi Reinveksi Varian Omicron
Mengenai varian Omicron, ada anggapan bahwa Pemerintah butuh dua minggu untuk mendapatkan kejelasan dari varian tersebut. Prof. Amin mengatakan, seharusnya tidak butuh waktu dua minggu untuk mendapatkan kejelasan.
“Artinya saat ini, Omicron ini kan sebenarnya virus baru yang ditemukan selama satu bulan. Jadi jumlahnya masih kecil. Para ahli di dunia ini masih mengumpulkan data dan membutuhkan bukti ilmiah untuk menjelaskan, apakah betul virus itu lebih cepat menular atau menyebabkan kasusnya tambah berat,” ungkapnya.
“Itu butuh pengamatan, jadi pengamatannya itu bisa satu minggu selesai, dua minggu selesai, atau berbulan-bulan. Tergantung situasinya, kalau misalnya jumlah orang yang tertular lebih banyak, itu membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan informasi yang memadai. Jadi itu asumsi dan perkiraan saja,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Kenali Virus Corona Varian Nimbus: Penularan, Gejala, hingga Pengobatan Covid-19 Terbaru
-
Alert! Kasus Covid-19 Indonesia Naik Lagi, Vaksin Masih Gratis?
-
7 Gejala Omicron Kraken, Paling Cepat Menular Dibanding Varian Lain
-
6 Gejala Omicron BF.7 yang Banyak Dikeluhkan, Varian Sudah Masuk Indonesia!
-
Covid-19 Subvarian Omicron BN.1 Masuk Jakarta, 24 Orang Sudah Terpapar
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja