Suara.com - Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB-AD), Dr. Mukhaer Pakkanna mengatakan Indonesia adalah surga bagi perokok
Hal ini ia kemukakan berdasarkan temuan Commission on Higher Education (CHED). Dalam temuan itu tercatat bahwa kenaikan harga rokok di Indonesia terlalu lambat dibanding negara lain.
"Kenaikan harga rokok terlalu lambat rata-rata 10,3 persen per tahun, inilah yang disebut dengan istilah menggarami lautan (percuma atau sia-sia)," ujar Mukhaer dalam acara diskusi Mengawal Kenaikan Cukai Hasil Tembakau, Rabu (22/12/2021).
Sehingga kata Mukhaer, kenaikan harga rokok yang terkesan lambat dinilai tidak efektif untuk menurunkan prevalensi perokok di Indonesia. Alhasil, Indonesia disebut sebagai surga bagi perokok.
"Kita adalah surga bagi perokok, bukan neraka bagi perokok. Jadi kalau mau masuk surga ya datang ke Indonesia, bagi perokok," celetuk Mukhaer.
Alih-alih penjualan bungkusan, justru pemasukan atau omset terbesar industri rokok, disebut Mukhaer berasal dari penjualan eceran dalam bentuk batangan.
Apalagi rokok eceran atau yang dijual per batang, membuat semakin banyak orang mudah mengakses rokok seperti orang miskin dan mirisnya anak-anak.
"Artinya yang beli eceran anak-anak, dan kedua orang miskin, jadi sumber kekayaan pengusaha nomor 1 di Indonesia yaitu dari orang miskin dan anak-anak," tutup Mukhaer.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Umum YKI, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, mengatakan bahwa kenaikan cukai rokok diharapkan bisa menurunkan kejadian kanker baru karena rokok.
Baca Juga: Viral Nama Kendaraan yang Dipakai untuk Merek Rokok, Ini Dia Daftarnya
“Yayasan Kanker Indonesia menyambut baik dan berterima kasih pada pemerintah RI atas rencananya menaikkan cukai rokok dalam waktu dekat. Kenaikan cukai rokok diharapkan akan menurunkan konsumsi rokok dan mengurangi potensi kejadian kanker baru yang banyak diakibatkan oleh rokok," ujar Prof. Daru dalam keterangan pers yang diterima suara.com, Jumat (17/12/201).
Potensi rokok penyebab kanker juga terekam dalam data GLOBOCAN 2020, bahwa kejadian kanker baru terus meningkat, dengan 397.000 kasus kanker. Ditambah sudah ada 235.000 kematian yang disebabkan karena kanker.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- 5 Sepatu Lari Rp300 Ribuan di Sports Station, Promo Akhir Tahun
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Stop Gerakan Tutup Mulut! 3 Metode Ampuh Bikin Anak Lahap MPASI di Usia Emas
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?
-
Dapur Jadi Ruang Kelas: Cara Efektif Ajarkan Gizi pada Anak Melalui Memasak
-
Waspada! Ini Alasan Migrain Sangat Umum Menyerang Anak dan Remaja
-
Ikan Sidat, Harta Karun Gizi Asli Indonesia: Rahasia Nutrisi Tinggi dalam Susu Flyon
-
Wajib Tahu! Kata Dokter, Korset Pasca Caesar Bukan Cuma Tren, Tapi Kunci Pemulihan Cepat
-
Bocoran Zaskia Sungkar: 3 Produk Wajib Ada untuk Kulit Newborn, Apa Saja?