Suara.com - Media sosial Indonesia tengah diramaikan dengan fenomena sprit doll. Spirit doll sendiri merupakan sosok boneka berwujud bayi atau anak-anak yang diklaim telah diisi oleh arwah.
Secara tradisional, jalangkung dan jenglot masuk sebagai jenis spirit doll. Namun kini bentukan dan wujud spirit doll 'diperhalus' hingga menyerupai bayi atau anak-anak.
Fenomena tersebut nyatanya menuai komentar Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari RS EMC Alam Sutera, dr. Andri, SpKJ, FAPM.
Lewat media sosialnya, dr. Andri mengatakan bahwa hal yang membuat spirit doll menjadi populer adalah karena diadopsi figur publik yang memiliki akses media sosial.
"Apa yang membuat boneka arwah menjadi populer belakangan ini, ya karena yang memilikinya dan memamerkannya itu figur publik yang punya akses ke media sosial, jadi makin banyak yang melihat," kutip Suara.com dari media sosial dr. Andri di @Mbahndi, Minggu (2/1/2022).
Menurutnya, banyak budaya yang menganggap boneka atau benda mati lain dijadikan medium untuk para arwah. Misal kebudayaan Tionghoa di mana patung bisa diisi oleh arwah atau dewa, yang dianggap bisa membantu manusia.
"Saya ingat cerita nenek saya dulu di kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang. Ada patung TuaPekok Sumpah. Buat yang ada perselisihan, maka bisa sumpah di depan patung itu, jika ada yang berbohong, tidak lama setelah keluar dari kelenteng bisa mati muntah darah, serem kan," lanjutnya.
"Jadi, apakah orang yang percaya Spirit Doll itu alami gangguan jiwa? Silakan kembali ke definisi aja. Gangguan jiwa: Gangguan pada perilaku, perasaan, perilaku yang menimbulkan penderitaan dan ketidakmampuan pada orang itu sehingga mengganggu kehidupan sehari-harinya," jelas dr. Andri lebih lanjut.
Saat dihubungi oleh Suara.com, dr. Andri mengatakan seseorang yang 'memelihara' spirit doll belum tentu memiliki masalah gangguan jiwa.
Baca Juga: 3 Faktor Utama Penyebab Munculnya Gangguan Kecemasan, Bisa dari Narkoba?
"Apakah termasuk gangguan kejiwaan atau tidak? Sebenarnya tidak. Kalau masalah kejiwaan, itu adalah kondisi di mana adanya gangguan perilaku dan perasaan manusia, yang mengganggu kehidupannya sehari-hari dan menimbulkan penderitaan bagi orang tersebut," katanya.
Jadi, jika seseorang memiliki, memelihara dan atau merawat spirit doll dan hal itu tidak mengganggu kualitas hidup mereka, maka ia bisa dipastikan tidak menderita gangguan jiwa.
"Sebenarnya tidak masalah. Tapi dalam ilmu kejiwaan sendiri ada istilah kepribadian skizotipal. Kepribadian ini biasanya orangnya nyentrik dan eksentrik. Bahkan punya pikiran yang nyeleneh dan aneh, kadang-kadang disertai dengan aksesoris dan pakaian nyeleneh. Dan mungkin itu bikin orang sulit untuk dipahami," sambung dr. Andri.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental