Suara.com - Sebuah studi baru yang terbit Rabu (5/1/2022) di The Lancet menemukan hampir dua juta kasus baru asma pada anak setiap tahunnya disebabkan oleh polusi udara akibat arus lalu lintas. Ini adalah masalah sangat penting di kota-kota besar di seluruh dunia.
"Studi kami menemukan bahwa nitrogen dioksida (NO2) membuat anak-anak berisiko terkena asma dan masalah ini termasuk aku di daerah perkotaan,” penulis studi Susan Anenberg, dilansir Medical Xpress.
Menurutnya, temuan ini membuktikan bahwa udara bersih merupakan bagian penting untuk menjaga kesehatan anak-anak.
Nitrogen dioksida merupakan polutan yang berasal dari emisi kendaraan knalpot, pembangkit listrik, dan lokasi industri.
Dalam penelitian ini, peneliti mempelajari konsentrasi nitrogen dioksida di tanah, dan melacak kasus baru asma pada anak-anak dari tahun 2000 hingga 2019.
Berikut adalah beberapa temuan utama dari penelitian ini:
- Dari perkiraan 1,85 juta kasus asma baru pada anak-anak terkait NO2 pada tahun 2019 secara global, dua pertiga terjadi di daerah perkotaan.
- Fraksi kasus baru asma di daerah perkotaan turun baru-baru ini, mungkin karena peraturan udara bersih yang lebih ketat, yang diberlakukan oleh negara-negara berpenghasilan tinggi.
- Meski ada peningkatan kualitas udara di Eropa dan AS, tetap ada peningkatan udara kotor (terutama polusi NO2) di Asia Selatan, Afrika Sub-Sahara, dan Timur Tengah.
- Kasus asma pada anak-anak terkait NO2 mewakili beban kesehatan masyarakat yang besar untuk Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara.
Riset sebelumnya oleh para peneliti GW juga menemukan bahwa nitrogen dioksida dikaitkan dengan 13% beban asma pada anak-anak global dan hingga 50% dari kasus asma di 250 kota terpadat di dunia.
Secara keseluruhan, fraksi kasus asma anak-anak terkait NO2 menurun dari 20% pada 2000 menjadi 16% pada 2019.
Kabar baik ini berarti udara yang lebih bersih di Eropa dan sebagian AS telah menghasilkan manfaat kesehatan yang besar bagi anak-anak.
Baca Juga: Kematian Massal Ikan di Danau Maninjau Munculkan Polusi Udara
Meski begitu, sangat perlu dilakukan usaha untuk mengekang emosi berbahaya dari kendaraan dan sumber lain penghasil NO2, baik negara berpenghasilan tinggi maupun di negara lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah