Suara.com - Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menunjukkan bahwa varian Omicron bertanggung jawab atas 99,5 persen kasus virus corona Covid-19 di AS.
Secara komparatif, kasus varian Delta hanya menyumbang 0,5 persen dari kasus virus corona Covid-19 di AS.
CDC menunjukkan bahwa ada lebih dari 65 juta kasus infeksi dan lebih dari 847 ribu kematian akibat virus corona Covid-19 yang dikonfirmasi di AS.
Menurut Pusat Sumber Daya Coronavirus Universitas Johns Hopkins, Amerika telah melaporkan 717.874 kasus baru dan 1.122 kematian akibat virus corona Covid-19 dalam 1 hari terakhir.
Semua ini terjadi ketika kasus rawat inap akibat virus corona Covid-19 di AS bagian timur telah menurun, terutama di wilayah pertama kali varian virus corona pertama kali muncul dan melonjak di wilayah lain.
Sebanyak 4 rumah sakit di Oklahoma City pun melaporkan sudah tidak memiliki tempat tidur untuk pasien perawatan intensif.
Pekan lalu, West Virginia melaporkan lebih dari 20.200 kasus virus corona Covid-19, yang mana 18 persen lebih tinggi dari rekor sekitar 17.100 kasus virus corona Covid-19 yang terkonfirmasi minggu sebelumnya.
Saat banyak orang berspekulasi menegnai kapan varian Omicron ini akan mencapai puncaknya. Para ilmuwan justru memperingatkan bahwa varian Omicron di AS tidak akan menjadi varian virus corona terakhir yang menjadi perhatian.
"Nampaknya, AS bisa menjadi tempat berkembang biaknya varian baru virus corona Covid-19 dan infeksi bisa berlangsung lebih lama," kata Dr. Stuart Campbell Ray, ahli penyakit menular di Universitas Johns Hopkins dikutip dari Fox News.
Baca Juga: BNI Cabang Madiun Lockdown Akibat 10 Karyawan Terpapar Virus Corona
Sementara itu, hampir 75 persen dari populasi di AS yang memenuhi syarat untuk vaksinasi dan sisanya masih belum.
Dalam upaya mengatasi penyebaran, pemerintahan Biden mengirim tim medis ke enam negara bagian, yakni New York, New Jersey, Ohio, Rhode Island, Michigan, dan New Mexico.
CDC juga memperbarui panduan pemakaian masker, yakni mendorong orang Amerika untuk menggunakan masker N95 atau KN95 yang lebih protektif.
Biden mengatakan pemerintah AS juga berencana membuat masker berkualitas tinggi untuk mencegah penyebaran virus corona, termasuk masker N95.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan