Suara.com - Beberapa penduduk di New Brunswick, Kanada, alami gejala penyakit gangguan otak misterius yang tidak bisa dijelaskan.
Gejala gangguan otak ini terlihat seperti penyakit Creutzfeldt-Jakob, dengan gejala berupa kejang, hilang memori, halusinasi, dan kehilangan berat badan secara drastis.
Fenomena ini terungkap setelah adanya laporan yang bocor pada Maret 2021 tentang fenomena tersebut.
Mengutip Insider, Kamis (3/2/2022), dalam laporan tersebut ditemukan 48 kasus yang telah diidentifikasi, dengan gejala yang mulai terjadi pada 2013 hingga 2020.
Salah seorang pelapor dari otoritas kesehatan Provinsi New Brunswick mengatakan penyakit misterius itu telah mempengaruhi 150 orang pada Januari 2022, dan kebanyakan yang sakit adalah orang dewasa muda yang sebelumnya sehat.
Investigasi diketahui dipimpin oleh ilmuwan federal Kanada, tapi cenderung sudah terlambat sejak ditemukannya di provinsi itu.
Tapi hingga saat ini belum ada laporan terkait kasus tersebut di situs kesehatan masyarakat New Brunswick sejak Mei 2021 silam.
Akibatnya, hingga kini mereka tidak tahu harus menyebut penyakit tersebut sebagai penyakit apa.
Terriline Porelle sebagai salah satu penduduk yang mengalami penyakit itu menyatakan, rasa sakit dimulai dengan adanya seperti sengatan listrik di kaki, lalu menjalar ke tangan dan wajah di hari-hari berikutnya.
Baca Juga: Sama-Sama Gangguan Otak, Demensia dan Alzheimer Itu Berbeda!
Setelahnya, penglihatan lelaki berusia 33 tahun itu, menurut dokter mata, menurun seperti orang yang berusia 70 tahun.
Bahkan Porelle sampai lupa bagaimana cara menulis huruf Q, sehingga ia pergi ke dokter untuk menjalani scan otak. Hasilnya tidak menunjukkan kejanggalan, alias normal.
Porelle lantas dirujuk ke ahli saraf, lalu hasilnya malah diberitahu Porelle kemungkinan menderita PTSD (post-traumatic stress disorder).
PTSD yakni gangguan stres pasca trauma, berupa gangguan mental yang muncul usai mengalami peristiwa yang mengerikan.
Tapi lantas ia membantah, karena ia pernah alami masalah kesehatan mental sebelumnya, ia juga mengatakan gejalanya saat ini tidak seperti sedang alami kecemasan atau depresi di masa lalu.
Hasilnya, hingga saat ini, kasus yang banyak terjadi di kalangan anak muda ini belum diproses.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
Terkini
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?