Suara.com - Kepercayaan terkait penggunaan micin alias MSG (Monosodium Glutamate) yang bisa berdampak buruk pada otak masih ada di masyarakat.
Penggunaan MSG, terutama pada anak-anak, disebut-sebut bisa bisa membuat bodoh dan lemah otak. Bahkan panggilan 'anak micin' pun disematkan pada anak-anak yang mengalami perundungan di sekolah. Lalu apakah dampak konsumsi micin yang begitu berat termasuk mitos atau fakta?
Pakar pangan, Prof Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS menambahkan jika anggapan tersebut sering diperkuat saat ahli gizi atau kesehatan menyarankan mereka untuk memghindari pemggunaan MSG dalam makanan anak.
"Akibatnya banyak ibu-ibu yang tidak pakai MSG, tapi beralih ke bahan lain atau bumbu lain, yang sebenarnya kandungannya adalah MSG juga," ungkap dia dalam webinar berjudul 'Benarkah Umami Menyebabkan Obesitas?' belum lama ini.
Untuk memahami MSG yang menghasilkan rasa umami atau gurih ini, Prof Ahmad menjelaskan jika sebenarnya pembuatan bumbu masakan ini menggunakan bahan 100 persen alami, di antaranya ialah rumput laut, tetes tebu, jagung hingga singkong.
Pembuatannya pun, lanjut dia, sama seperti makanan lain, yakni melalui proses fermentasi. Terlebih, lanjut dia, MSG juga mengandung zat gizi yang bermanfaat bagi tumbuh kembang tubuh.
"MSG, mengandung 78 persen asam glutamat, 12 persen natrium dan 10 persen air yang tentunya dibutuhkan oleh setiap orang untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh," jelasnya.
Bahkan ada banyak sekali jenis makanan yang juga mengandung asam glutamat, di antaranya keju, kacang kedelai hingga tomat. Asam glutamat, lanjut dia bahkan juga bisa ditemukan dalam ASI, yang menjadi rahasia mengapa bayi tak pernah bosan dengan rasa ASI.
Dengan semua kandungan ini, MSG memiliki sederetan manfaat seperti dapat mengontrol nafsu makan, meningkatkan pencernaan makanan berprotein.
Baca Juga: Benarkah Penyedap Rasa MSG Dapat Menyebabkan Obesitas dan Hipertensi? Ini Dia Bukti Ilmiahnya
"MSG mampu meningkatkan produksi saliva (air liur) yang berperan membantu proses pencernaan senyawa kompleks di mulut, sehingga pada saat sudah di lambung pun kemudian mudah diserap tubuh," katanya.
Penggunaan bumbu umami seperti MSG, kata Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi di Fakultas Ekologi Manusia IPB ini bisa dijadikan solusi bagi yang ingin makanan yang dikonsumsi memiliki cita rasa yang tinggi namun juga ingin diet rendah garam.
Sehingga Prof Ahmad pun menekankan tidak perlu ada kekhawatiran terhadap penggunaan MSG, terlebih penggunaannya biasanya hanya sedikit saat ditambahkan ke dalam masakan.
Untuk takaran sendiri, sebenarnya tidak ada standar pasti dalam penggunaan penyedap rasa makanan ini. Tiap negara, lanjut Prof Ahmad memiliki standar takaran yang berbeda.
Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan menetapkan dalam Permenkes 722/1988 tentang MSG disarankan hanya 4-6 gram MSG per hari.
"Penggunaannya tidak banyak-banyak karena lidah kita yang akan membatasi, ketika kelebihan, mulut kita pasti langsung menolak. Jadi tidak ada pembatasan pasti penggunaan MSG," tutup dia.
Berita Terkait
-
MSG dari Bahan Alami: Fakta Ilmiah di Balik Rasa Gurih yang Aman untuk Keluarga
-
Chef Renatta Ungkap Alasan Restoran Patok Harga Mahal, Singgung Soal Micin
-
Beda MSG dan Penyedap Rasa: Mana yang Lebih Aman bagi Tubuh?
-
Bawang Putih Bisa Hilangkan Jerawat, Mitos atau Fakta?
-
Luruskan Hoax MSG alias Micin yang Disebut Bahayakan Kesehatan, Apa Kata Pakar Gizi?
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025