Suara.com - Tina Cranshaw (51) awalnya tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit serius hingga suatu hari ia merasakan bau aneh dan sakit kepala ketika sedang melakukan panggilan Zoom.
Wanita asal Doncaster, South Yorkshire, ini mengejutkan rekan kerjanya ketika ia mulai menunjukkan tanda-tanda dugaan stroke, lapor The Sun.
"Selama pertemuan, ibu tiri saya mengalami sakit kepala yang paling parah, dan dia bisa mencium bau gas," ujar anak tiri Tina (16).
Setelah itu, wajahnya mulai terkulai atau lemah. Kemudian rekan-rekannya memanggil ambulans.
Tina pun dibawa ke Doncaster Royal Infirmary (DRI). Dokter awalnya mengira Tina menderita stroke, tetapi CT scan mengungkapkan ada hal lain di otaknya.
Ibu tiga anak itu pun akhirnya dipindahkan ke Rumah Sakit Royal Hallamshire di Sheffield untuk pemindaian MRI lebih lanjut pada September 2020.
Saat itulah dokter mengonfirmasi bahwa Tina menderita tumor otak terminal seukuran bola golf.
Gejala tumor otak paling umum adalah sakit kepala, kejang, perubahan kepribadian, kehilangan keseimbangan, kehilangan pendengaran, kebingungan, kehilangan memori, da kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
Penderita juga bisa mengalami perubahan pada penglihatan mereka, kehilangan penciuman serta kesulitan berbicara.
Baca Juga: Penyakit Asma Ternyata Bisa Melindungi dari Tumor Otak, Kok Bisa?
Pada 2 Oktober 2020, Tina pun menjalani operasi pengangkatan tumor glioblastoma multiforme (GBM). Ini adalah tumor yang paling agresif dan tidak dapat disembuhkan, dengan hanya satu dari empat pasien bertahan hidup selama setahun setelah diagnosis.
Saat itu, Tina diberi kabar buruk bahwa dia hanya memiliki waktu antara enam hingga 12 bulan untuk hidup. Tetapi, ternyata ia berhasil melewati masa prognosisnya sejak didiagnosis pada 2020.
Kabar tak menyenangkan kembali terdengar, Daisy ternyata juga menderita tumor otak. Setelah menjalani MRI darurat di Royal Victoria Infirmary (RVI) di Newcastle, tumornya ternyata tidak begitu mengancam jiwa dan tidak perlu dioperasi.
"Untungnya, mereka menemukan bahwa beberapa tumor otak saya sudah mati, yang merupakan berita bagus. Saya perlu melakukan pemindaian setiap tiga bulan," sambung Daisy.
Demi kepentingan publik, kini ia mengikuti donasi 10.000 langkah untuk mengumpulkan uang demi Penleitian Tumor Otak.
"Ada kekurangan penelitian tentang penyakit yang menghancurkan ini dan lebih banyak studi yang perlu dilakukan," imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi