Suara.com - Seorang gadis bernama Afina Syifa mengalami ruam dan kulit melepuh setelah mengonsumsi dua obat, yakni Fluimucil dan Panadol.
Setelah diperiksa, dokter mendiagnosisnya dengan Sindrom Steven-Johnson (SJS).
Kisahnya berawal dari ketika ia terinfeksi virus corona Covid-19. Ia pun mendapat saran untuk mengonsumsi dua obat tersebut untuk mengurangi gejalanya.
"Emang basic-nya keluarga aku kesehatan. Jadi, ngasih sarannya obat," jelas Afina, mengutipnya dari TikTok @afinasyf.
Setelah mengonsumsi dua obat tersebut, Afina lansung mengalami berbagai reaksi, seperti mata berair, bibir bengkak, ruam dan melepuh di seluruh tubuh.
Ruam tersebut sampai muncul di telapak tangan dan kakinya. Bahkan, ia sampai kesulitan berjalan akibat lepuhan di kulitnya.
Setelah mengalami kondisi tersebut, ia langsung memeriksakan diri ke rumah sakit di Bekasi.
"Dari Bandung aku langsung otw ke Primaya Bekasi. Mauk UGD, masuk isolasi," sambungnya.
Banyak teman-temannya yang menduga Afina mengalami Sindrom Stevens-Johnson.
Baca Juga: Jadi Bahan Skincare Terkenal di Korea, Ini Manfaat Lendir Siput untuk Kulit
"Katanya emang ada yang bilang SJS. Banyak temen-temen komen di sini SJS, kan. Steven-Johnson Syndrom. Tapi ada yang ngomong autoimun juga," imbuhnya.
Dalam kolom komentar, Afina menjelaskan bahwa ia didiagnosis SJS.
Sindrom Steven-Johnson (SJS) merupakan reaksi alergi dengan gejala ruam dan lapuhan di kulit, lapisan bola mata, rongga mulut, dubur, dan kelamin, menurut Alodokter.
Kondisi ini terjadi akibat reaksi hipersensivitas terhadap obat atau infeksi. Penyakit ini merupakan kondisi gawat darurat yang harus mendapatkan penanganan segera.
Pada orang dewasa, Sindrom Stevens Johnson dapat disebabkan oleh efek samping obat-obatan berikut:
- Obat asam urat, seperti allopurinol
- Obat pereda nyeri, misalnya misalnya meloxicam, naproxen, atau piroxicam
- Obat antibiotik, misalnya penisilin atau golongan sulfonamida
- Obat antivirus nevirapine
- Obat antikejang, seperti carbamazepine dan lamotrigine
Sedangkan pada anak-anak, sindrom ini elbih sering dipicu oleh infeksi virus. Pada kasus yang jarang terjadi, kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025