Suara.com - Pernahkah Anda mengenal istilah kabut otak atau brain fog? Istilah ini kembali populer pada pandemi Covid-19 yang terjadi selama kurang lebih dua tahun belakangan. Kondisi ini, meski tak resmi sebagai kondisi medis, dirasakan banyak penyintas Covid-19 dari awal infeksi hingga beberapa saat setelah masa pemulihan.
Tapi sebenarnya apa itu kabut otak? Untuk mengenali definisi dan gejala yang biasa muncul saat seorang dinilai mengalami kabut otak, Anda bisa simak di bawah ini.
Memahami Apa Itu Kabut Otak
Kabut otak dapat dipahami sebagai kelompok gejala yang muncul akibat infeksi Covid-19, atau bisa juga disebabkan oleh hal lain, secara umum, penderita kabut otak akan mengalami gejala memori memudar, sulit berkonsentrasi, sulit memproses informasi, kelelahan, serta pikiran yang kacau.
Memang bukan kondisi yang sangat serius dan hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat. Namun akan sangat baik jika Anda bisa mengenali gejalanya sedini mungkin bukan?
Beberapa Tanda Kabut OTak
Seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya, dan akan dijabarkan di sini, terdapat beberapa gejala yang bisa dikenali saat seseorang mengalami kondisi tersebut.
Gejala ini paling sering muncul dan umum terjadi pada penderita kabut otak. Tidak jelas mengapa seorang mengalami sulit konsentrasi setelah menderita Covid-19, namun hal ini nyata adanya. Bahkan pada banyak kasus, seorang cenderung melakukan kesalahan konyol di tugas yang sederhana.
Baca Juga: Update Kasus Covid-19 di Riau: 15 Pasien Meninggal, 630 Orang Sembuh
2. Sulit Memproses Informasi
Kabut otak juga muncul ketika seorang sulit memproses informasi. Tugas yang idealnya bisa diselesaikan dalam waktu singkat, akan memerlukan waktu lebih lama untuk diselesaikan. Hal ini bisa menjadi pemicu frustasi pada penderitanya.
3. Memori Memudar
Lebih kepada ingatan jangka pendek yang sulit untuk disusun dan dibuat. Penderita kabut otak akan mengalami gangguan mengingat hal-hal yang baru saja terjadi, sehingga akan menyulitkan aktivitas setiap hari.
4. Pikiran Kacau
Gangguan pada aktivitas otak ini akan membuat penderitanya memiliki pikiran yang kacau dan mengalami masalah serius pada multitasking. Meski demikian seiring berjalannya waktu kabut otak akan menghilang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Sepatu New Balance yang Diskon 50% di Foot Locker Sambut Akhir Tahun
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Pakar Ungkap Cara Memilih Popok Bayi yang Sesuai dengan Fase Pertumbuhannya
-
Waspada Super Flu Subclade K, Siapa Kelompok Paling Rentan? Ini Kata Ahli
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang