Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan vaksinasi Covid-19 dosis 1 dan dosis 2 tidak perlu lagi menggunakan 2 merek vaksin yang sama.
Hal ini diungkap langsung Juru Bicara Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, bahwa saat ini pemerintah sudah menerapkan metode heterologous untuk mempercepat program vaksinasi Covid-19.
"Saat ini kita menerapan metode heterologous, jadi kita tidak perlu lagi menunggu jenis vaksin tertentu untuk vaksin dosis kedua atau harus sama dengan jenis vaksin dosis pertama. Apapun yang tersedia bisa digunakan sebagai vaksin kedua," ujar Nadia dalam konferensi pers, Rabu (8/3/2022).
Bukan hanya berlaku untuk vaksin dosis kedua, konsep heterologous ini juga berlaku untuk vaksin booster atau vaksin dosis ketiga.
Termasuk juga bisa diterapkan pada vaksin pengulangan, yakni pada orang yang jarak vaksin Covid-19 dosis pertama sudah lebih dari 6 bulan. Sehingga ia harus mengulang vaksin Covid-19 dari dosis pertama.
"Jadi sekarang sudah tidak perlu menunggu jenis vaksin tertentu, tapi bisa dikombinasikan dengan jenis vaksin lainnya untuk percepatan mendorong program vaksinasi Covid-19," ungkap Nadia.
Seperti diketahui, saat ini Indonesia masih belum mencapai target vaksinasi Covid-19 lengkap terhadap 208 juta penduduknya. Adapun eincian per 7 Maret 2022 baru 192 juta orang atau 92 persen dari orang vaksinasi dosis 1, dan 148 juta orang atau 71 persen dari target vaksinasi dosis 2.
Di sisi lain, pemerintah juga menargetkan pada akhir Maret 2022, bakal ada 95 persen dari target vaksinasi dosis 2 bisa tercapai.
Berita Terkait
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
Melalui MPPDN, Mendagri Tegaskan Dukungan Terhadap Perizinan Tenaga Medis dan Kesehatan
-
Benarkah Vaksinasi Campak Bisa Picu Kecacatan Anak? Ini Penjelasan Dokter
-
Kronologi Dokter Ahli Jantung Anak Tak Bisa Layani Pasien BPJS Padahal Mengabdi 28 Tahun di RSCM
-
Data Mencengangkan: Kasus Campak di Indonesia Naik Drastis! Apa yang Terjadi?
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional