Suara.com - Invasi Rusia ke Ukraina sangat menganggu akses ke layanan obat untuk mengurangi dampak buruk pada pengguna narkoba dan orang yang berisiko terkena HIV.
Sebelum perang, beberapa orang akan mengambil obat metadon yang diresepkan kepada mereka setiap hari.
Sekitar 317.000 orang Ukraina menyuntikkan obat-obatan seperti heroin secara teratur. Hingga Januari, 14.868 di antaranya menerima opiat pengganti, seperti metadon dan buprenorfin.
Namun, kini Kementerian Kesehatan Ukraina telah menyarankan pasokan untuk 15 hingga 30 hari perlu diberikan secara langsung.
Tujuannya untuk mengurangi jumlah perjalanan ke tempat fasilitas kesehatan. Bahkan, pada tahap awal perang sekarang ini, memastikan agar masyarakat dapat memperoleh pengobatan terbukti sulit, lapor The Conversation.
Layanan obat di wilayah lain di Kyiv tidak berjalan dengan baik. Mereka kehabikan persediaan atau kehilangan kontak dengan tim perawat obat lokal.
Tanpa pasokan harian, pasien akan mengalami gejala penarikan yang parah karena berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba.
Meskipun tidak mengancam jiwa, kondisi tersebut hanya akan menambah stres.
Kementerian Kesehatan Ukraina juga berusaha mencapai kesepakatan dengan negara tetangga untuk memastikan perawatan berlanjut bagi warganya yang membutuhkan pengobatan tuberkulosis atau HIV, mengingat semakin banyak warga sipil Ukraina yang mengevakuasi ke negara tetangga.
Baca Juga: Volkswagen dan Audi Stop Pasarkan Mobil Hybrid, Dampak Konflik Rusia-Ukraina
Badan Pengawas Narkotika Internasional juga sudah mendorong negara-negara di sekitar Ukraina untuk memastikan adanya akses opiat pengganti bagi para pengungsi yang kecanduan zat.
Negosiasi telah berlangsung antara pejabat Ukraina dan otoritas kesehatan di Moldova, Rumania dan Polandia untuk memastikan pengguna narkotika bisa mendapatkan perawatan, meskipun tidak jelas seberapa banyak upaya atau keberhasilannya.
Ada perbedaan signifikan dalam cara negara-negara tetangga memberikan pengobatan kepada pasien yang bergantung pada obat-obatan seperti opiat.
Sebab, beberapa negara tidak seprogresif Ukraina dalam sikap mereka terhadap pengguna narkoba.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025