Suara.com - Saat melihat atau mendengar sesuatu hal yang sangat lucu, tertawa biasanya menjadi respon yang refleks dilakukan. Bahkan, sebagian orang mungkin bisa tertawa hingga keluar air mata.
Bukan berarti menangis, tertawa hingga keluar air mata sebenarnya hal yang wajar. Bahkan, secara psikologi disebutkan kalau tertawa hingga mengeluarkan air mata bermanfaat bagi kesehatan mental.
"Ada manfaat menangis dan tertawa. Jadi, ketika melakukannya bersama-sama, kita mendapatkan manfaat dari keduanya. Tetapi biasanya tanpa kesedihan yang dapat menyebabkan menangis," kata pakar psikologi perilaku dan ilmuwan utama di The Uncertainty Experts Katherine Templar Lewis, kepada Metro.
Ia menjelaskan bahwa saat menangis, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang dapat mengurangi rasa sakit. Sehingga tubuh terasa jadi agak membaik juga bantu mengatur dan memproses emosi.
Sedangkan manfaat tertawa bisa menurunkan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Tertawa juga akan memicu pelepasan endorfin kimiawi yang sama.
"Penurunan hormon stres ini bisa sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh kita dan bahkan jantung. Menangis dan tertawa menghilangkan stres, jadi melakukan keduanya bersama-sama mendapat manfaat ganda," kata Katherine.
Tetapi, menurut Katherine, kebanyakan orang akan makin jarang tertawa hingga mengeluarkan air mata seiring bertambahnya usia mereka. Jumlah tertawa ketika masih anak-anak dan setelah dewasa sangat jauh berbeda.
"Anak-anak tertawa sekitar 400 kali sehari. Sebagai orang dewasa, kita hanya tertawa hingga 20 kali sehari," ujarnya.
Kondisi itu disebabkan karena faktor norma, harapan sosial, serta budaya yang harus disalahkan. Katherine menyampaikan, pandangan masyarakat mengenai emosi yang tidak terkendali, seperti tertawa, tidak pantas ditunjukkan atau berarti menampilkan semacam kelemahan emosional.
Baca Juga: Bukan Healing, Ini 8 Cara Tak Biasa untuk Hilangkan Stres
"Bisa juga karena kita takut orang mungkin mengira kita menertawakan mereka jika tidak terlibat dalam lelucon, atau memahami apa yang Anda anggap lucu," kata Katherine.
Alasan-alasan itu ditambah dengan tekanan umum karena bertambahnya usia, memiliki tanggung jawab, dan harus menjaga diri sendiri mendorong kebanyakan orang memiliki lebih sedikit kesempatan untuk tertawa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!
-
Dua Pelari Muda dari Komunitas Sukses Naik Podium di Jakarta Running Festival 2025
-
Seberapa Kuat Daya Tahan Tubuh Manusia? Ini Kata Studi Terbaru
-
Langkah Kecil, Dampak Besar: Edukasi SADARI Agar Perempuan Lebih Sadar Deteksi Dini Kanker Payudara
-
Ginjal Rusak Tanpa Gejala? Inovasi Baru Ini Bantu Deteksi Dini dengan Akurat!
-
Apotek Bisa Jadi Garda Depan Edukasi dan Deteksi Dini Stunting, Begini Perannya
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien