Suara.com - Infeksi Covid-19 bisa sangat berisiko terutama bagi kelompok dengan penyakit penyerta atau komorbid. Diketahui, kelompok dengan komorbid memiliki risiko keparahan lebih tinggi saat terinfeksi Covid-19.
Sementara program vaksinasi dipercaya menjadi salah satu upaya untuk mencegah keparahan infeksi yang disebabkan oleh virus corona jenis baru tersebut.
Pertanyaannya, apakah orang fengan komorbid dan sudah mendapatkan dua dosis vaksinansi tetap wajib mendapatkan vaksin booster atau vaksin Covid-19 dosis ketiga?
Dikatakan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro, kelompok dengan komorbid tetap diminta mendapatkan vaksin booster.
Hal tersebut ia utarakan saat mengisi acara siaran Radio Kesehatan: Protokol Kesehatan Ramadhan dan Idulfitri 1443 H, Senin (28/3/2022).
“Bagi penderita komorbid, itu sama dengan panduan untuk melakukan vaksinasi lengkap sebelumnya. Jadi tetap diperlukan booster kalau kondisi kita sehat dan penyakitnya terkontrol,” ungkap dr. Reisa.
Namun, jika pasien komorbid ragu untuk mendapatkan vaksinasi booster, dr. Reisa menyarankan agar pasien lebih dulu melakukan konsultasi dengan dokter atau spesialis terdekat. Sehingga pasien akan mendapat afirmasi rasa aman serta kejelasan apakah bisa mendapat booster atau tidak.
“Kalau ragu-ragu, bisa konsultasi atau dokter pribadi, yang memang mengetahui kesehatan kita,” lanjut dr. Reisa.
Sebelum melakukan vaksinasi booster, penderita komorbid juga perlu membawa surat rekomendasi dari dokter untuk dibawa ke tempat vaksinasi.
Baca Juga: 157 Juta Warga Indonesia Sudah Divaksin Dosis Lengkap
“Bisa minta surat rekomendasi, supaya bisa dilakukan vaksin booster. Jadi harus tetap booster ya,” saran dr. Reisa.
Ia melanjutkan bahwa vaksin booster sangat penting bagi penderita komorbid, mengingat kelompok dengan komorbid perlu diberikan perlindungan agar terhindar dari keparahan infeksi Covid-19.
“Jadi harus segera booster. Dan booster-nya apa pilihannya, bisa disesuaikan dengan vaksin yang tersedia, yang harus sesuai dengan vaksin primer sebelumnya,” pungkas dr. Reisa.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- 5 Fakta Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Publik Penasaran!
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
Pilihan
-
Perang Tahta Sneakers Putih: Duel Abadi Adidas Superstar vs Stan Smith. Siapa Rajanya?
-
Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?