Suara.com - Virus nipah termasuk virus zoonosis yang sama seperti virus corona. Virus nipah ini bisa menular dari hewan ke manusia melalui kontaminasi.
Virus nipah juga bisa ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung. Selain manusia, virus nipah bisa berdampak buruk pada hewan ternak, seperti babi.
Sama halnya dengan virus corona, virus nipah berkembang biak pada kelelawar. Kelelawar buah dari famili Pteropodidae merupakan inang alami virus nipah.
Kasus pertama virus nipah dilaporkan pada tahun 1999 dari kalangan peternak babi di Malaysia. Kasus ini juga ditemukan di Bangladesh pada tahun 2001.
Sesuai laporan WHO dilansir dari Times of India, virus nipah belum terlihat di Malaysia sejak pertama kali terlihat.
Angka kematian kasus infeksi virus nipah diperkirakan mencapai 40 hingga 75 persen. Di bagian timur India, di mana kasus virus nipah terdeteksi 2 kali, konsumsi buah-buahan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama penyebaran penyakit tersebut.
Umumnya, kelelawar buah mengonsumsi buah-buahan dan meninggalkan urine atau air liurnya. Buah yang setengah dimakan kelelawar dikumpulkan oleh penduduk setempat.
Dalam banyak kasus, buah-buahan ini dimakan begitu saja tanpa memperhatikan kebersihannya. Ketika cairan tubuh kelelawar yang terkontaminasi bersentuhan dengan sistem manusia, itu menyebabkan infeksi.
Terkait tingkat keparahan infeksi dan penyebarannya melalui manusia, WHO mengatakan virus nipah menyebar langsung dari manusia ke manusia melalui kontak dekat dengan sekresi dan ekskresi manusia selama wabah di Bangladesh dan India.
Baca Juga: China Manfaatkan Obat Herbal Untuk Atasi Lonjakan Kasus Covid-19 Omicron
Di Siliguri, India pada tahun 2001, penularan virus juga dilaporkan dalam pengaturan perawatan kesehatan, di mana 75 persen kasus terjadi di antara staf rumah sakit atau pengunjung.
Dari 2001 hingga 2008, sekitar setengah dari kasus yang dilaporkan di Bangladesh disebabkan oleh manusia.
Berikut ini, beberapa gejala umum infeksi virus nipah.
- Demam
- Sakit kepala
- Mialgia atau nyeri otot
- Muntah
- Sakit tenggorokan
- Pusing
- Kantuk
- Kesadaran yang berubah
- Ensefalitis akut
- Pneumonia, masalah pernapasan
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah