Suara.com - Upaya pengendalian Covid-19 di Indonesia menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Sehat Negeriku, angka kasus aktif Covid-19 terus turun secara konsisten sejak akhir Februari 2022.
Angka ini diikuti juga dengan penurunan angka konfirmasi kasus, penurunan keterisian rumah sakit, dan penambahan angka kesembuhan pasien. Keberhasilan ini harus terus dipertahankan dengan menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi.
"Protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan harga mati untuk mencegah penularan Covid-19 karena penularan dapat menimbulkan varian baru sehingga siklusnya akan terus seperti itu. Akibatnya, kita tidak akan berada dalam kondisi endemis,” kata dr. RA. Adaninggar PN, Sp.PD dalam siaran pers talkshow kesehatan yang diadakan Good Doctor dan LSPR Communications & Business Institute baru-baru ini.
Lebih lanjut, dr. Adaninggar mengungkap jika tidak pernah ada dua varian yang sama-sama dominan di suatu tempat atau di suatu negara. Varian yang lebih cepat menular akan mendominasi di suatu daerah atau negara, dan ini terjadi pada Omicron.
Saat ini, lanjut dia, di seluruh dunia termasuk di Indonesia sudah didominasi oleh Omicron. Berdasarkan hasil dari Genome Sequencing, Omicron sudah mendominasi sebesar 96% sedangkan sisanya yang 4% adalah varian lain.
Sedangkan keberadaan subvarian Omicron bernama Siluman (Son of Omicron), kata dokter spesialis penyakit dalam Good Doctor ini, merupakan virus yang akan terus bermutasi membentuk varian dan varian juga akan membentuk subvarian.
"Ini adalah hal yang biasa karena itulah sifat alami virus. Jadi, adanya Siluman (BA.2) yang merupakan subvarian dari Omicron (BA.1) merupakan hal biasa. Seperti varian Delta yang juga memiliki puluhan subvarian," ungkapnya lagi.
Namun, subvarian Siluman (BA.2) cukup menghebohkan karena di beberapa negara yang kasus Omicronnya sudah lebih dulu tinggi, BA.2 diduga menjadi salah satu penyebab gelombang penurunan kasus tidak banyak atau mengganggu penurunan kasus.
Dari beberapa penelitian, terbukti bahwa BA.2 dua setengah kali lipat lebih menular dibandingkan BA.1. Namun, secara penelitian di laboratorium, tingkat keparahan akibat subvarian BA.2 ini mirip Delta, jadi lebih banyak di paru-paru daripada di saluran pernapasan atas seperti BA.1.
Baca Juga: Kematian karena COVID-19 Tak Terkendali, Hong Kong Kehabisan Kayu untuk Buat Peti Mati
Yang ditakutkan adalah, apabila mirip Delta, berarti lebih cepat menular dan menyebabkan gejala yang parah karena berada di paru-paru. Akan tetapi, penelitian di laboratorium itu belum terbukti di dunia nyata sampai sekarang.
Untuk itu, vaksin terbukti efektif mencegah gejala berat dan kematian. Menurut dr. Ning, efektivitas vaksin harus dilihat dari kemampuan vaksin dalam mencegah seseorang masuk ke rumah sakit dan mencegah kematian.
Efektivitas vaksin untuk melindungi dari infeksi memang tidak dijanjikan tinggi sejak awal apabila ada banyak kasus di sekitar kita dan ada varian baru karena antibodi pasti terganggu. Pada varian baru, pasti ada perubahan bentuk, sedangkan antibodi bisa mengikat patogen atau mikroorganisme kalau spesifik sekali.
Apabila ada perbedaan sedikit saja, antibodi tidak bisa mengikat 100%, sehingga terjadi escape immunity. Jadi apabila ada varian baru, seseorang yang sudah pernah kena virus ini atau sudah divaksin lalu kena lagi merupakan hal yang wajar.
"Vaksin dua kali yang sudah kita terima sekalipun sekarang kita menghadapi Omicron masih efektif, karena orang-orang yang masuk ke rumah sakit akibat gejala berat jumlahnya sedikit dan yang meninggal jauh lebih sedikit dibandingkan waktu varian Delta. Ini merupakan bukti bahwa vaksin sangat efektif," tutup dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Mengenalkan Logika Sejak Dini: Saat Anak Belajar Cara Berpikir ala Komputer
-
Cuaca Panas Ekstrem Melanda, Begini Cara Aman Jaga Tubuh Tetap Terhidrasi
-
Stop Cemas Anak Nonton Gadget! Tayangan Ini Hadir Jadi Jembatan Nilai Positif di Era Digital
-
Rahasia Seragam Medis Masa Depan Terungkap: Kolaborasi yang Mengubah Industri Tekstil Kesehatan!
-
Melihat dengan Gaya, Ini Cara Baru Menikmati Penglihatan yang Sehat
-
Banyak Perempuan Takut Skrining Kanker Payudara, Cek Kesehatan Gratis Nggak Ngaruh?
-
K-Pilates Hadir di Jakarta: Saat Kebugaran, Kecantikan, dan Wellness Jadi Satu
-
Plak, Gusi Berdarah, Gigi Berlubang: Masalah Sehari-Hari yang Jadi Ancaman Nasional?
-
Mudah dan Ampuh, 8 Cara Mengobati Sariawan yang Bisa Dicoba
-
5 Inovasi Gym Modern: Tak Lagi Hanya Soal Bentuk Tubuh dan Otot, Tapi Juga Mental!