Suara.com - Viral di media sosial pemerintah Shanghai, China memisahkan bayi dan anak positif Covid-19 dari orangtua mereka di pusat karantina.
Kabar ini ramai jadi perdebatan, setelah sebuah video viral menunjukan toddler atau balita yang dibiarkan menjerit dan menangis tanpa pengawasan atau pendampingan petugas kesehatan.
Video dalam bentuk kompilasi itu terlihat balita dan bayi yang diduga berada di fasilitas isolasi Covid-19, ditempatkan di ranjang yang sama bersama balita dan bayi lain dengan salah satu balita terlihat menangis keras.
Mengutip Insider, Kamis (7/4/2022) setelah dikonfirmasi, video itu diambil dari bangsal di Pusat Klinis Kesehatan Masyarakat Shanghai. Pihak Pusat kesehatan juga mengonfirmasi kebenaran video dan gambar tersebut.
Namun pihak pusat kesehatan membantah bahwa dalam video itu berisi balita dan bayi yang positif Covid-19 yang sedang dikarantina, tapi itu adalah video yang memperlihatkan perombakan bangsal anak-anak di pusat kesehatan.
"Akhir-akhir ini, karena peningkatan jumlah kasus anak-anak yang tertular Covid-19, dan untuk meningkatkan kondisi kehidupan rumah sakit kami, kami telah menyesuaikan fasilitas anak dan unit gawat darurat," terang pihak pusat kesehatan melalui pernyataan resminya.
Di sisi lain, banyak orangtua yang mengakui bahwa mereka telah dipisahkan dari anak-anaknya, yang dikirim ke fasilitas karantina
Seperti halnya Lucy Zhu (39), penduduk asli Shanghai yang mengatakan bahwa ia telah dipisahkan dari putrinya yang berusia dua tahun, setelah dinyatakan positif Covid-19 di rumah sakit Shanghai Tongren.
Anak balitanya tersebut kemudian dipindahkan ke fasilitas penuh sesak di Jinshan.
Baca Juga: Ayah Tiri Siksa Anak di Bogor, KPAD Bakal Kawal Kasus Sampai Tuntas
Hal yang sama juga dialami Esther Zhao, yang mengatakan bahwa putrinya telah dibawa ke fasilitas Jinshan pada 26 Maret, dan belum menerima foto putrinya sejak saat itu.
"Tidak ada foto sama sekali, saya sangat cemas, saya tidak tahu situasi apa yang dialami putri saya," terang Zho.
Nahasnya, Pejabat Komisi Kesehatan Shanghai, Wu Qianyu mengatakan itu adalah salah satu kebijakan yang harus diambil sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian virus.
"Kami sudah tegaskan anak dan orangtuanya yang positif sudah bisa tinggal di tempat yang sama," jelas Qianyu.
Namun ia juga mengatakan, bila orangtua yang tidak terinfeksi, ia harus tetap dipisahkan dari anak-anak mereka.
"Jika anak di bawah tujuh tahun, mereka akan menerima perawatan di pusat kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk anak yang lebih besar atau remaja, kami akan mengisolasi mereka di fasilitas karantina terpusat," jelas Qianyu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
Terkini
-
Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara