Suara.com - Menurunnya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) untuk anak selama 2 tahun terakhir, membuat Indonesia mengalami wabah penyakit atau Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Tak main-main Kementerian Kesehatan (Kemenkes), mengatakan saat ini Indonesia sedang 'panen' KLB PD3I.
KLB PD3I adalah kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit KLB PD3I yang bisa terjadi diantaranya seperti campak rubela, difteri, hepatitis, hingga polio.
Apalagi akibat 2 tahun pandemi Covid-19, Kemenkes menemukan sepanjang 2020 hingga 2021, sebanyak 1,7 juta anak Indonesia belum menerima imunisasi dasar lengkap, yang juga memicu KLB PD3I.
Diungkap Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes RI, dr. Prima Yosephine, MKM, bahwa saat ini KLB PD3I sudah terjadi di beberapa daerah Indonesia, diantaranya Kalimantan Barat terjadi wabah difteri, Aceh alami wabah campak, Sulawesi Selatan terjadi wabah difteri dan campak rubela, Papua dan Jawa Timur terjadi wabah difteri.
"Jadi mulai dari daerah yang gampang dicapai udah ada KLB, ini artinya sudah mulai panen kita," ujar dr. Prima saat konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia, Senin (11/4/2022).
Ia menerangkan, kejadian KLB PD3I ini akan memakan biaya yang besar yang harus dikeluarkan negara maupun keluarga dengan anak yang terinfeksi penyakit tersebut.
Perlu diketahui difteri adalah penyakit yang disebabkan Corynebacterium diphtheria, menyerang tenggorokan dan sistem pernapasan atas. Jika penyakit ini menginfeksi anak, maka bisa sebabkan kerusakan jantung, saraf, hingga gangguan pernapasan pada anak.
Selanjutnya rubela adalah penyakit yang disebabkan virus rubela, menyerang ibu hamil dan mengganggu perkembangan janin, seperti bayi lahir tuli, katarak, penyakit jantung, paru, hati dan otak tidak bisa bekerja normal.
Baca Juga: Apa Bedanya Imunisasi Dasar Anak di Posyandu Puskesmas dengan di RS Swasta?
Sedangkan campak jadi penyakit yang menginfeksi saluran napas karena virus paramyxovirus, anak yang terinfeksi penyakit ini bisa alami komplikasi bronkitis, infeksi telinga, hingga pneumonia.
"Karena itu, kita harus lakukan imunisasi tambahan dalam rangka outbreak respon immunization," tutup dr. Prima.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis