Suara.com - Campak dan Covid-19 termasuk infeksi virus yang mudah menular. Keduanya bisa saja mengenai anak-anak. Tetapi mana yang paling lebih cepat menukar di antara kedua penyakit tersebut?
Spesialis anak Prof. DR. Dr. Hartono Gunardi, Sp. A(K)., mengatakan, baik campak juga Covid-19 bisa menular ke beberapa orang sekaligus. Pada campak, angka R0 atau potensi menularkan virus ke orang lain secara alami sebesar 12-18.
"Artinya 1 pasien bisa tularkan 12 sampai 18 orang. Kalau Covid bisa menular kepada 2,5 sampai 3 orang. Jadi campak yang lebih cepat menular dari Covid," kata Prof. Hartono dalam konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia 2022 di Hotel Manhattan, Jakarta, Senin (18/4/2022).
Prof Hartono menekankan, perbandingan itu dilakukan terhadap virus asli Covid-19 dari Wuhan, China.
"Jadi jangan dibandingkan dengan omicron dia lebih menular daripada ini. Karena omicron lebih menular, apalagi sekarang ada berbagai subvarian," ujarnya.
Bagaimana pun juga, campak dan Covid-19 bisa sama-sama berbahaya bagi anak. Prof. Hartono menyampaikan, walaupun anak berusia di bawah 5 tahun belum bisa diberikan vaksin Covid-19, namun tetap bisa terlindungi dari infekai apabila orang-orang terdekatnya telah divaksinasi.
Sedangkan untuk mencegah campak, anak perlu diberikan imunisasi vaksin MR. Dalam daftar imunisasi lengkap dari Kementerian Kesehatan, imunisasi MR dijadwalkan pada anak berusia 9 bulan. Kemudian diulang saat usia 18 bulan dan 7 tahun.
"Kita langganan wabah campak. Sampai sekarang, Data Kemenkes ada sekitar 30 kabupaten alami KLB (kejadian luar biasa) campak," ujar Prof Hartono.
Bahaya infeksi campak bagi anak, lanjutnya, bisa menyebabkan komplikasi seperti sesak napas, diare berkepanjangan, jaringan parut di kornea, hingga radang otak.
Baca Juga: China Tolak Hidup Berdampingan Dengan Covid-19, Tetap Ngotot Lockdown Demi Nol Kasus
Apabila anak yang terinfeksi campak sampai mengalami radang otak, meskipun sembuh, masih berisiko alami gejala sisa seperti kelumpuhan atau kekakuan pada alat gerak.
"Komplikasi ini akan lebih sering ditemukan pada anak dengan gizi kurang dan gizi buruk. Malangnya lagi, anak Indonesia banyak yang alami gizi kurang dan gizi buruk," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan